A.
Perkembangan
Psikologi Kesehatan
Pada awal abad ke-20, pemahaman tentang
kesehatan didominasi oleh pandangan dari perspektif biologis medis, dimana
kesehatan di definisikan sebagai sebuah keadaan dimana tidak adanya penyakit.
Kemudian berkembang pandangan dari biopsikososial yang menekankan peran
sosial-budaya dalam membentuk kesehatan atau menimbulkan sebuah penyakit.
Sebagaimana definisi kesehatan menurut WHO (World health organization) pada
tahun 1948 mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan lengkap dari fisik, mental
dan sosial serta kesejahteraan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Defenisi ini meminta perhatian terhadap kompleksitas dan
multidimensionalitas konsep dari kesehatan. Menambahkan kesejahteraan sosial
pada definisi itu membuka jalan untuk konseptualisasi individu sebagai makhluk
sosial dalam definisi kesehatan bukan hanya dari aspek fisik/biologi/fisiologi
semata.
Pergeseran dari definisi ini, juga berimbas
pada ilmu psikologi, yang sebelumnya hanya menganalisis penyakit dan gangguan
psikologis, menjadi analisis individu untuk mencapai kesejahteraan seperti
promosi-promosi kesehatan. Sebelumnya, ilmu psikologi dikenal sebagai psikologi
negatif (psikologi orang sakit), dengan definisi ini berubah dan menjadikan
psikologis sebagai sarana keilmuan memanusiakan manusia (mencapai
kesejahteraan). Kita mengetahui bahwa perkembangan ilmu psikologi dimulai dari
teori psikoanalisia, behavioristic, humanistic, dan sekarang sedang
berkembangan indigenous psychology yang menekankan pentingnya
dan besarnya pengaruh budaya setempat terhadap tingkah laku seseorang.
Perkembangan terbaru dari pendekatan ini
memandang kesehatan sebagai sebuah jaringan yang kompleks yang sangat di
pengaruhi oleh sosial-budaya. Bisa saja sebuah budaya memandang sebuah perilaku
itu adalah penyimpangan, tetapi pada budaya lain, itu adalah hal yang normal.
Memasukkan budaya dan psikologi ke dalam
terapan ilmu kesehatan sangat penting. Misalnya, dalam promosi kesehatan,
preventif, keratif, rehabilitasi, tidak mungkin mengesampingkan budaya
setempat. Bahkan beberapa budaya terdapat berbagai penyakit yang memang khas
budaya tersebut, yang hanya bisa dipahami, jika kita memasukkan
konsep budaya dalam penangan penyakit tersebut. Misalnya beberapa
penyakit yang memiliki kecenderungan mendapat pengaruh budaya seperti
Hikokomori (lazim di Jepang) dan anoreksia (lazim dalam masyarakat barat).
Memahami alasan yang mendasari hal ini, cara pencegahan dan pengobatan yang
efektif untuk penyakit seperti ini akan memerlukan pendekatan budaya.
B.
Definisi
Psikologi kesehatan adalah salah satu bagian dari psikologi
klinisi yang dikenal dengan istilah “Medical Psychology”, dan sekarang selalu
dikaitkan dengan Behavioral Medicine. Dasar pemikiran Psikologi Kesehtan adalah
adanya hubungn antara pikiran manusia (mind) dan tubuhnya. Definisi Behavioral
Medicine adalah integrasi dari ilmu perilaku dengan praktik dan ilmu kedokteran
( Miller dalam Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007)
Pada tahun 1980 Joseph Matarazzo (dalam Ardani, Rahayu,
Sholichatun, 2007) mendefinisikn psikologi kesehatan sebagai berikut :
“….the
aggregate of the specific educational, scientific and professional
contributions of the discipline of psychology to the promotion and maintenance
of the health, the prevention of illness, the identification of etiologic and
diagnostic correlates of health, illness and related dysfunction, and the
analysis and improvement of the health care system and health policy
formation.”
Psikologi kesehatan adalah penggabungan dari pendidikan,
ilmu pengetahuan, dan kontribusi praktisi untuk promosi dan pemeliharaan
kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit, dan mengidentifikasi etiologi
dan diagnosis yang berkorelasi terhadap kesehatan, penyakit dan disfungsi.
Definisi psikologi kesehatan ini mencakup hal-hal
sebagai berikut :
1.
Psikologi kesehatan menyangkut bagian khusus dari
bidang ilmu psikologi yang memfokuskan pada studi perilaku yang memiliki kaitan
dengan kesehatan dan penerapan kesehatan ini.
2.
Penekanan pada perilaku yang normal di dalam
mempromosikan kesehatan (promosi kesehatan dan pencegahan dasar) pada level
mikro, meso, makro dan menyembuhka penyimpangan kesehatan.
3.
Banyak bidang psikologi yang berbeda dapat
memberikan sumbangan kepada bidang psikologi kesehatan.
C.
Peran Psikologi Dalam Bidang
Kesehatan
Fokus pekerjaan praktisi psikologi kesehatan saling
beriringan dengan bidang ilmu kesehatan yang lain, misalnya saja dengan ilmu
kedokteran, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu fisio terapi, juga ilmu keperawatan
dan farmasi. Sejauh ini, pendekatan medis dengan dasar biologis memang telah
menunjukkan manfaat yang sangat besar dalam dunia kesehatan manusia, misalnya
berhasil menaklukkan penyakit endemik (cth: polio, TBC, malaria) atau
mengembangkan antibiotik maupun vaksin-vaksin pencegah penyakit. Meskipun
demikian, para praktisi kesehatan tidak dapat mengenyampingkan fakta bahwa di
luar kecanggihan alat-alat kedokteran maupun perkembangan obat-obatan dan
metode penanganan penyakit terbaru, faktor individu atau ke-khas-an dari “person”
yang mengalami segala proses yang menyangkut perubahan status kesehatan
mereka adalah penentu utama dari efektifnya penerapan metode maupun alat-alat
canggih tersebut dalam meningkatkan kesehatan maupun kesejahteraan hidup
manusia itu sendiri.
Beberapa faktor yang berhubungan erat dengan kondisi
kesehatan antara lain seperti kecenderungan individu untuk memiliki gaya hidup
tertentu (lifestyle) maupun memiliki kepribadian tertentu. Praktisi
psikologi kesehatan menaruh perhatian pada bagaimana gaya hidup tertentu dapat
menjadi faktor risiko (risk factor) kemunculan suatu penyakit. Faktor
risiko adalah karakteristik atau kondisi tertentu yang berhubungan dengan
kemunculan suatu penyakit, namun belum tentu berperan sebagai penyebab langsung
dari kemunculan penyakit tersebut. Meskipun faktor risiko bisa saja merupakan
keadaan yang sifatnya genetis maupun biologis, gaya hidup bisa menjadi faktor
psikologis (dan sosial) yang juga menjadi salah satu diantaranya.
Selain gaya hidup, penelitian-penelitian dalam psikologi
kesehatan juga telah berhasil menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu
berhubungan dengan kondisi kesehatan individu. Sebagai contoh, tipe kepribadian
yang mencakup kecemasan yang tinggi, depresi, kemarahan dan kekerasan, atau
pesimisme umumnya menjadi faktor risiko yang sering dihubungkan dengan penyakit
jantung. Emosi-emosi yang muncul saat individu mengalami stres juga dapat
menjadi faktor risiko yang berhubungan dengan kondisi kesehatan mereka serta
sejauh mana mereka berhasil pulih dari suatu penyakit. Hubungan antara
kepribadian individu dan kondisi kesehatannya bukanlah hubungan sebab-akibat
satu arah. Kondisi kesehatan individu juga dapat berpengaruh terhadap
kepribadiannya, dimana individu yang mengalami penyakit bisa saja mengalami emosi
negatif yang jika terus menerus terjadi tanpa penanganan bisa saja mengubah
kepribadian individu tersebut, menjadi lebih pesimis atau justru menjadi
seseorang yang lebih tangguh. Oleh sebab itu, peran praktisi psikologi
kesehatan di sini sangat penting untuk membantu individu melakukan penyesuaian
diri terhadap status kesehatannya berdasarkan cara yang paling efektif bila
dilihat dari tipe kepribadiannya, misalnya saat membantu penyesuaian diri
pasien stroke dan keluarga yang merawatnya.
Hal lain yang juga menjadi fokus para praktisi
psikologi kesehatan adalah gejala-gejala penyakit medis yang muncul karena
kondisi psikologis seseorang, atau umumnya dikenal dengan istilah ‘psikosomatis’.
Kondisi seperti ini bisa dialami oleh siapa saja, seperti saat kita merasa
sakit perut yang tidak kunjung selesai walau tidak ditemukan adanya gangguan
dalam fungsi pencernaan atau fungsi organ biologis lain. Ternyata setelah
diamati lebih lanjut, saat itu kita sedang merasa sangat cemas akan suatu
perubahan besar dalam hidup, misalnya seperti pernikahan, baru saja mengalami
kehilangan, promosi jabatan dan sebagainya yang tanpa sadari dapat memunculkan
gejala penyakit. Apabila sudah menjadi suatu bentuk gangguan, dalam DSM-IV TR (Diagnostic
and Statistical Manual) kondisi ini dikelompokkan sebagai gangguan
Somatoform.
Salah satu perspektif yang populer dalam psikologi
kesehatan adalah biopsikologi, yang mengemukakan bahwa kesehatan atau
kesejahteraan fisik individu saling berhubungan erat dengan kesejahteraan
mentalnya. Berdasarkan hal tersebut, salah satu pelopor dalam Psikologi
Kesehatan, Matarazzo, menggambarkan fungsi Psikologi Kesehatan sebagai
kontribusi dari disiplin ilmu psikologi yang didasarkan pada pendekatan ilmiah
dan profesional terhadap hal-hal berikut:
1)
Promosi gaya hidup sehat (health promotion), praktisi psikologi
kesehatan dapat membantu merancang program promosi maupun edukasi kesehatan
yang sesuai bagi masyarakat, baik bagi para siswa maupun orang dewasa. Misalnya
seperti kampanye anti rokok, atau kampanye pencegahan HIV Aids dengan
menggunakan kondom bekerja sama dengan praktisi kesehatan dari bidang ilmu lain
maupun pihak institusi seperti sekolah dan sebagainya. Bahkan praktisi yang
bergerak di bidang psikologi kesehatan ini bisa membantu kita untuk menyusun
pola hidup sehat yang mencakup diet dan membantu mengubah pola pikir kita soal
diet tersebut. Tentunya bekerja sama dengan praktisi kesehatan lain
seperti ahli gizi.
2)
Pencegahan dan perawatan terhadap penyakit, praktisi psikologi kesehatan dapat
membantu menyusun program-program pencegahan maupun perawatan terhadap penyakit
melalui pendekatan psikologis. Contohnya seperti memperkenalkan metode
relaksasi dan pemecahan masalah untuk membantu pasien darah tinggi agar tidak
terlalu tegang dalam menghadapi stres sehari-hari, membantu proses penyesuaian
dan rehabilitasi bagi pasien stroke seperti menentukan kegiatan yang
dapat dilakukan, bagaimana mengatur pola makan, membantu pasien dan keluarga
untuk menyalurkan emosi negatif mereka, dan sebagainya
3) Identifikasi
penyebab kemunculan penyakit dan diagnosis kondisi kesehatan individu/disfungsi
lain, praktisi psikologi kesehatan dapat membantu praktisi kesehatan lain untuk
menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemunculan suatu penyakit dari
sisi psikologis, seperti kepribadian pasien, gaya hidup, dan sebagainya seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Praktisi psikologi kesehatan juga dapat
membantu sejauh mana individu sesuai dengan metode perawatan tertentu.
4) Analisis
dan peningkatan terhadap sistem perawatan kesehatan dan penyusunan
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan industri kesehatan (health-policy),
praktisi psikologi kesehatan dapat membantu untuk menganalisis sejauh mana
fasilitas perawatan kesehatan yang ada, seperti rumah sakit, puskesmas, anggota
praktisi kesehatan, biaya perawatan, maupun sistem perawatan kesehatan yang ada
dapat berfungsi secara optimal bagi proses perawatan kesehatan masyarakat.
Dalam hal ini, praktisi psikologi kesehatan membantu memberikan rekomendasi
bagi pembuat kebijakan, memberikan pelatihan-pelatihan terkait kondisi
psikologis individu terhadap praktisi kesehatan maupun kader puskesmas, dan
sebagainya.
D.
Penerapan Psikologi Sosial pada
Tingkah Laku yang Terkait dengan Kesehatan
Menanggapi informasi-informasi yang
terkait dengan kesehatan
·
Memahami dan mengevaluasi informasi tentang kesehatan
Jika berita-berita utama di media adalah sumber pengetahuan
kita, maka kita akan terus menerus hidup dalam ketakutan terhadap beberapa
penyakit, namun secara teratur kita juga menerima berita-berita positif yang
mengindikasikan bahwa ilmu kesehatan hampir berhasil dalam mencegah atau
menyembuhkan penyakit tersebut.
Sejumlah wacana diatur agar memenuhi dua fungsi sekaligus,
yaitu memberikan informasi tentang sebuah wabah baru dan juga memberikan
informasi tentang bagaimana kita harus menghadapinya (Fischman, 2001). Kemajuan
medis juga tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa kini orang-orang memperoleh
informasi secara lebih baik, mendapatkan diagnosis dokter secara lebih cepat,
dan mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka.
·
Menolak Versus Menerima Informasi Tentang Kesehatan
Dalam merespons serangan informasi tentang kesehatan yang
bertubi-tubi dari tv, Koran-koran, majalah, internet, dan petugas medis,
orang-orang cenderung hanya menerima sebagian saja. Kalaupun mereka menerima
informasi-informasi secara sepenuhnya, bukan berarti tingkah laku mereka juga
berubah sejalan dengan informasi yang mereka terima.
No comments:
Post a Comment