Friday, May 10, 2019

Penyebab dan Proses Terjadi Lupa


Lupa adalah hal yang pasti di alami setiap orang. Mungkin lupa adalah kekurangan yang dimiliki oleh kemampuan daya ingat manusia. Hal ini juga yang menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kemampuan daya ingat yang berbeda-beda. Seringkali memang, lupa menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, saat sedang dibutuhkan informasi penting sementara ingatan gagal memunculkanya kembali. Bahkan pada orang-orang tertentu menganggap lupa adalah semacam penyakit, dari lupa yang biasa sampai lupa yang terlalu sering. 
Lupa berdasarkan gambaran orang awam adalah proses terjadinya hilangnya informasi yang telah didapat ketika akan dimunculkan kembali. Memang benar, seperti yang sudah di jelaskan di paragraf sebelumnya, lupa  adalah gagalnya memunculkan kembali informasi – informasi sebelumnya. Atau gagalnya informasi bertahan lama dalam ingatan orang tersebut.
Kita bisa lupa akan sesuatu dari ingatan karena sejumlah sebab. Di antaranya adalah          :
1.      Decay
Decay (secara harfiah berarti “pembusukan”) adalah memudarnya memori seiring berlalunya waktu atau akibat jarang digunakannya memori tersebut. Decay dapat terjadi di STM. Decay  dapat pula terjadi di LTM, yakni saat informasi yang tidak diakses memudar secara alami. Eksperimen Ebbinghaus yang telah disebutkan sebelumnya adalah contoh decay.
2. Adanya penumpukan ingatan (Interferensi Theory)
Inferensi (interference) adalah bercampur-baurnya memori-memori yang serupa. Interferensi retroaktif (retroactive interference) terjadi ketika memori-memori baru menghambat pengambilan memori-memori lama (retro = lama, tempo dulu- memori-memori lama dihambat). Interferensi proaktif (proactive interference) terjadi saat memori-memori lama menghambat pengambilan memori-memori baru (pro = baru- memori-memori baru dihambat).
2.      Represi
Represi (repression) adalah tindakan mendorong pemikiran-pemikiran, memori-memori, atau perasaan-perasaan yang mengancam keluar dari kesadaran. Konsep asli Freud tentang represi menyatakan bahwa represi dilakukan secara tidak sadar untuk melindungi ego. Freud mendalilkan bahwa mimpi, hypnosis, dan asosiasi bebas adalah sarana untuk mengungkap memori-memori tersebut. Memori-memori yang ditekan (direpres) adalah memori yang disingkirkan seseorang dari kesadarannya, terutama menyangkut memorin yang menyakitkan, seperti pelecehan seksual semasa kanak-kanak. Memori-memori tersebut dapat dibawa ke kesadaran melalui psikoterapi. Represi bukanlah suatu proses yang sadar (berbeda dengan kelupaan yang disengaja). Memori-memori yang berhasil diungkap kembali umumnya bersifat mendetail, padahal peristiwa itu (bila sungguh-sungguh terjadi) berlangsung dalam kondisi traumatic yang penuh tekanan, sedemikian menekannya sehingg selama bertahun-tahun memori tersebut dilupakan. (Hal tersebut bertentangan dengan asas penyandian peristiwa).
3.      Ketergantungan pengambilan (Retrieval Failure)
Kegagalan pengambilan (retrieval failure) adalah ketidakmampuan menemukan isyarat memori (memory cue) yang diperlukan bagi pengambilan memori tersebut. Kondisi ini dapat bersifat temporer, namun dalam kasus-kasus tertentu dapat bersifat jangka panjang. Prinsip kekhasan penyandian (encoding specificity principle) (Tulving & Thompson, 1973) menyatakan bahwa operasi-operasi penyandian yang spesifik akan menentukan jenis jejak memori (memoori trace) yang disimpan. Jenis jejak memori menentukan jenis isyarat pengambilan (retrieval cue) yang memiliki kemungkinan berhasil dalam meraih akses ke jejak memori tersebut. Kegagalan pengambilan (retrieval failure) memiliki problematika tersendiri karena sulit dibedakan dengan decay dan kegagalan penyandian. Hal ini sungguh-sungguh problematic terutama bagi orang-orang yang berusaha mengakses suatu memori secara akurat. Upaya mengungkap suatu memori yang sesungguhnya tidak eksis (akibat decay maupun kegagalan penyandian) dapat menyebabkan timbulnya memori palsu (false memory).
4.      Penyaringan
Pada proses terjadinya ingatan, informasi yang masuk tidak serta merta disimpan, melainkan melewati proses penyaringan atau penyeleksian. Pada saat penyaringan ini banyak kesan-kesan yang hilang, menyisakan informasi-informasi yang dianggap penting saja. Proses penyaringan itu menjaga kesanggupan mengingat agar tidak berat. Yang terpilih dari kesan-kesan itu hanya bagian yang relevan saja untuk diolah. Kesan-kesan yang telah disaring itu kemudian baru masuk ke dalam tempat simpanan jangka panjang.
Proses penyaringan ini kemudian di satu sisi mengakibatkan orang menjadi lupa atau gagal mengingat kembali informasi yang masuk ke dalam ingatan jangka pendek tadi karena mungkin sudah tereliminasi oleh ingatan yang lain.

5.      Kegagalan konsolidasi (consolidation failure)
Kegagalan konsolidasi (consolidation failure) adalah hilangnya memori akibat gangguan organic yang terjadi saat pembentukan jejak memori (memory trace), yang berakibat pada terbentuknya memori-memori yang tidak sempurna, yang bagi individu yang bersangkutan dirasakan sebagai “kelupaan”. Dalam kegagalan konsolidasi, STM bekerja dengan normal namun gangguan terjadi pada proses perpindahan informasi dari STM ke LTM.
6.      Kegagalan penyandian  (failure to encode)
Kegagalan penyandian  (failure to encode) yaitu keadaan jika informasi tidak memasuki otak kita  melalui reseptor-reseptor sensorik akibat pengaruh system atensi, akibatnya tidak ada informasi yang dapat diingat dan mengacu pada kegagalan memasukkan materi ke dalam LTM. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kegagalan penyandian adalah faktor stress. Hokum Yerkes-Dodson (Yerkes & Dodson, 1908) mendalilkan bahwa tingkat arousal  yang sangat rendah atau sangat tinggi menghambat kinerja memori dan proses-proses kognitif yang lain. Ketika tingkat arousal sedemikian kuatnya, hal tersebut menyebabkan kelupaan karena memori yang disimpan mungkin hanya berupa bagian emosional dari pengalaman tersebut, tanpa detail yang jelas (Metcalf, 1998).
7.      Gangguan Fisiologis
Penyebab lupa selanjutnya adalah karena adanya gangguan fisiologis pada sesorang. Salah satu gangguan fisiologis yang mungkin terjadi adalah Amnesia. 
Amnesia adalah sejenis kelupaan yang terjadi akibat adanya problem di otak. Amnesia dapat disebabkan oleh penyakit (seperti Alzheimer dan sindrom Korsakoff), dan dapat pula diakibatkan oleh cedera traumatic di otak (traumatic brain injury). Penyakit Alzheimer menyebabkan problem-problem memori, dan sebuah penelitian modern mengindikasikan bahwa Alzheimer kemungkinan disebabkan oleh molekul-molekul protein yang melekat secara berlebihan di glumatate, yang selanjutnya menghambat fungsi glumatate sebagai pengaktif proses-proses memori di otak (Hoe dkk., 2006). Sindrom Korsakoff menyebabkan problem-problem memori sebagai akibat dari defisiansi serius Vitamin B1. Seorang individu dengan riwayat alkhoholisme yang ekstrem dan panjang seringkali tidak mengkonsumsi cukup makanan yang bisa memenuhi kebutuhan vitaminnya. Akibatnya terjadilah kerusakan di otak karena sel-sel otak tidak dapat memproses glukosa (yang penting untuk bertahan hidup) tanpa vitamin B1. Para penderita sindrom Korsakoff mengalami kehilangan memori tentang peristiwa-peristiwa tertentu, dan sering kali menyadari bahwa mereka memiliki masalah memori. Mereka sering melakukan konfabulasi (confabulate) yakni membentuk sendiri detail-detail yang hilang (yang tidak mampu mereka ingat) dari memori mereka.

No comments:

Post a Comment