Lupa adalah hal yang pasti di alami setiap
orang. Mungkin lupa adalah kekurangan yang dimiliki oleh kemampuan daya ingat
manusia. Hal ini juga yang menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kemampuan daya
ingat yang berbeda-beda. Seringkali memang, lupa menjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan, saat sedang dibutuhkan informasi penting sementara ingatan gagal
memunculkanya kembali. Bahkan pada orang-orang tertentu menganggap lupa adalah semacam
penyakit, dari lupa yang biasa sampai lupa yang terlalu sering.
Lupa berdasarkan gambaran orang awam adalah
proses terjadinya hilangnya informasi yang telah didapat ketika akan
dimunculkan kembali. Memang benar, seperti yang sudah di jelaskan di paragraf
sebelumnya, lupa adalah gagalnya
memunculkan kembali informasi – informasi sebelumnya. Atau gagalnya informasi
bertahan lama dalam ingatan orang tersebut.
Kita bisa lupa akan sesuatu dari ingatan karena sejumlah sebab. Di
antaranya adalah :
1. Decay
Decay (secara harfiah berarti “pembusukan”)
adalah memudarnya memori seiring berlalunya waktu atau akibat jarang
digunakannya memori tersebut. Decay dapat
terjadi di STM. Decay dapat pula terjadi di LTM, yakni saat
informasi yang tidak diakses memudar secara alami. Eksperimen Ebbinghaus yang
telah disebutkan sebelumnya adalah contoh decay.
2. Adanya penumpukan ingatan (Interferensi
Theory)
Inferensi
(interference) adalah
bercampur-baurnya memori-memori yang serupa. Interferensi retroaktif (retroactive interference) terjadi ketika
memori-memori baru menghambat pengambilan memori-memori lama (retro = lama,
tempo dulu- memori-memori lama dihambat). Interferensi proaktif (proactive
interference) terjadi saat memori-memori lama menghambat pengambilan
memori-memori baru (pro = baru- memori-memori baru dihambat).
2. Represi
Represi (repression) adalah tindakan mendorong
pemikiran-pemikiran, memori-memori, atau perasaan-perasaan yang mengancam
keluar dari kesadaran. Konsep asli Freud tentang represi menyatakan bahwa
represi dilakukan secara tidak sadar untuk melindungi ego. Freud mendalilkan
bahwa mimpi, hypnosis, dan asosiasi bebas adalah sarana untuk mengungkap
memori-memori tersebut. Memori-memori yang ditekan (direpres) adalah memori
yang disingkirkan seseorang dari kesadarannya, terutama menyangkut memorin yang
menyakitkan, seperti pelecehan seksual semasa kanak-kanak. Memori-memori
tersebut dapat dibawa ke kesadaran melalui psikoterapi. Represi bukanlah suatu
proses yang sadar (berbeda dengan kelupaan yang disengaja). Memori-memori yang
berhasil diungkap kembali umumnya bersifat mendetail, padahal peristiwa itu
(bila sungguh-sungguh terjadi) berlangsung dalam kondisi traumatic yang penuh
tekanan, sedemikian menekannya sehingg selama bertahun-tahun memori tersebut
dilupakan. (Hal tersebut bertentangan dengan asas penyandian peristiwa).
3. Ketergantungan
pengambilan (Retrieval Failure)
Kegagalan
pengambilan (retrieval failure)
adalah ketidakmampuan menemukan isyarat memori (memory cue) yang diperlukan bagi pengambilan memori tersebut.
Kondisi ini dapat bersifat temporer, namun dalam kasus-kasus tertentu dapat
bersifat jangka panjang. Prinsip kekhasan penyandian (encoding specificity principle) (Tulving & Thompson, 1973)
menyatakan bahwa operasi-operasi penyandian yang spesifik akan menentukan jenis
jejak memori (memoori trace) yang
disimpan. Jenis jejak memori menentukan jenis isyarat pengambilan (retrieval cue) yang memiliki kemungkinan
berhasil dalam meraih akses ke jejak memori tersebut. Kegagalan pengambilan (retrieval failure) memiliki problematika
tersendiri karena sulit dibedakan dengan decay
dan kegagalan penyandian. Hal ini sungguh-sungguh problematic terutama bagi
orang-orang yang berusaha mengakses suatu memori secara akurat. Upaya
mengungkap suatu memori yang sesungguhnya tidak eksis (akibat decay maupun kegagalan penyandian) dapat
menyebabkan timbulnya memori palsu (false
memory).
4. Penyaringan
Pada proses terjadinya ingatan, informasi yang masuk tidak serta
merta disimpan, melainkan melewati proses penyaringan atau penyeleksian. Pada
saat penyaringan ini banyak kesan-kesan yang hilang, menyisakan
informasi-informasi yang dianggap penting saja. Proses penyaringan itu menjaga
kesanggupan mengingat agar tidak berat. Yang terpilih dari kesan-kesan itu
hanya bagian yang relevan saja untuk diolah. Kesan-kesan yang telah disaring
itu kemudian baru masuk ke dalam tempat simpanan jangka panjang.
Proses penyaringan ini kemudian di satu sisi mengakibatkan orang
menjadi lupa atau gagal mengingat kembali informasi yang masuk ke dalam ingatan
jangka pendek tadi karena mungkin sudah tereliminasi oleh ingatan yang lain.
5. Kegagalan
konsolidasi (consolidation failure)
Kegagalan
konsolidasi (consolidation failure)
adalah hilangnya memori akibat gangguan organic yang terjadi saat pembentukan
jejak memori (memory trace), yang
berakibat pada terbentuknya memori-memori yang tidak sempurna, yang bagi
individu yang bersangkutan dirasakan sebagai “kelupaan”. Dalam kegagalan
konsolidasi, STM bekerja dengan normal namun gangguan terjadi pada proses
perpindahan informasi dari STM ke LTM.
6. Kegagalan
penyandian (failure to encode)
Kegagalan
penyandian (failure to encode) yaitu keadaan jika informasi tidak memasuki otak
kita melalui reseptor-reseptor sensorik
akibat pengaruh system atensi, akibatnya tidak ada informasi yang dapat diingat
dan mengacu pada kegagalan memasukkan materi ke dalam LTM. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi kegagalan penyandian adalah faktor stress. Hokum
Yerkes-Dodson (Yerkes & Dodson, 1908) mendalilkan bahwa tingkat arousal yang sangat rendah atau sangat tinggi
menghambat kinerja memori dan proses-proses kognitif yang lain. Ketika tingkat arousal sedemikian kuatnya, hal tersebut
menyebabkan kelupaan karena memori yang disimpan mungkin hanya berupa bagian
emosional dari pengalaman tersebut, tanpa detail yang jelas (Metcalf, 1998).
7. Gangguan Fisiologis
Penyebab lupa selanjutnya adalah karena adanya gangguan fisiologis
pada sesorang. Salah satu gangguan fisiologis yang mungkin terjadi adalah
Amnesia.
Amnesia
adalah sejenis kelupaan yang terjadi akibat adanya problem di otak. Amnesia
dapat disebabkan oleh penyakit (seperti Alzheimer dan sindrom Korsakoff), dan
dapat pula diakibatkan oleh cedera traumatic di otak (traumatic brain injury). Penyakit Alzheimer menyebabkan
problem-problem memori, dan sebuah penelitian modern mengindikasikan bahwa
Alzheimer kemungkinan disebabkan oleh molekul-molekul protein yang melekat
secara berlebihan di glumatate, yang selanjutnya menghambat fungsi glumatate
sebagai pengaktif proses-proses memori di otak (Hoe dkk., 2006). Sindrom
Korsakoff menyebabkan problem-problem memori sebagai akibat dari defisiansi
serius Vitamin B1. Seorang individu dengan riwayat alkhoholisme yang
ekstrem dan panjang seringkali tidak mengkonsumsi cukup makanan yang bisa
memenuhi kebutuhan vitaminnya. Akibatnya terjadilah kerusakan di otak karena
sel-sel otak tidak dapat memproses glukosa (yang penting untuk bertahan hidup)
tanpa vitamin B1. Para penderita sindrom Korsakoff mengalami
kehilangan memori tentang peristiwa-peristiwa tertentu, dan sering kali
menyadari bahwa mereka memiliki masalah memori. Mereka sering melakukan
konfabulasi (confabulate) yakni
membentuk sendiri detail-detail yang hilang (yang tidak mampu mereka ingat)
dari memori mereka.
No comments:
Post a Comment