Thursday, May 9, 2019

Perilaku Mencontek (Cheating Behavior) berdasarkan Ilmu Psikologi


Cheating menurut Deigton (Kushartanti, 2009) adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair (tidak jujur). Pengertian dari cheating itu sendiri juga didefinisikan oleh Bower (Purnamasari, 2013) merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah dan terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik. Dalam konteks pendidikan atau sekolah beberapa perbuatan yang termasuk dalam kategori cheating antara lain yaitu meniru pekerjaan teman, bertanya langsung kepada teman ketika sedang mengerjakan tes ujian, membawa catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada pakaian masuk ruang ujian, menerima droping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas ujian di kelas atau tugas penulihan paper dan home test.
Perilaku menyontek bukan merupakan cara yang benar untuk memperoleh nilai tinggi. Abramovits & Bouville (Mujahidah, 2009) mengemukakan bahwa praktik menyontek bila dilakukan secara terus menerus akan menjadi bagian dari diri individu. Dampaknya, masyarakat akan menjadi permisif terhadap perilaku menyontek. Hal ini akan berakibat bahwa perilaku menyontek akan menjadi bagian dari kebudayaan yang berdampak pada kaburnya nilai-nilai moral dalam setiap aspek kehidupan dan pranata sosial dan bahkan bisa melemahkan kekuatan masyarakat. Hal ini disebabkan perilaku menyontek merupakan tindakan curang yang mengabaikan kejujuran, mengabaikan usaha optimal seperti belajar tekun sebelum ujian serta mengikis kepercayaan diri siswa (Sari dkk, 2013). Athanasou & Olasehinde (Hartanto, 2012) mengemukakan bahwa perilaku menyontek adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak diperkenankan atau menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas akademik yang bisa mempengaruhi hasil evaluasi atau penilaian.
Pendidikan sebagai sarana pembentuk intelektual dan moral diharapkan bebas dari bentuk-bentuk praktek perilaku negatif seperti menyontek.Akan tetapi fakta dilapangan menunjukkan bahwa perilaku menyontek masih marak dilakukan di lingkungan sekolah.Hurlock (1999) menyatakan bahwa kebanyakan siswa di sekolah menengah banyak melakukan kegiatan menyontek dalam menyelesaikan tugas-tugas dan soal tes.
Aspek – Aspek Perilaku Menyontek
Fishbien & Ajzen (Nursalam, 2012) mengemukakan bahwa aspek menyontek dapat diperoleh dari bentuk perilaku seseorang. Terdapat empat aspek perilaku menyontek sebagai berikut:
a.       Perilaku (behavior)
Yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan. Pada konteks menyontek, perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan merupakan bentuk-bentuk perilaku menyontek yaitu menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian atau ulangan, mencontoh jawaban siswa lain, memberikan jawaban yang telah selesai kepada siswa lain dan mengelak dari aturan-aturan.
b.      Sasaran (target)
Yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku.Objek yang menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga yaitu orang tertentu atau objek tertentu (particular object), sekelompok orang atau sekelompok objek (a class of object) dan orang atau objek pada umumnya (any object).Pada konteks menyontek objek yang menjadi sasaran perilaku dapat berupa catatan jawaban, buku, telepon genggam, kalkulator maupun teman.
c.       Situasi (situation)
Yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan). Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku. Pada konteks menyontek perilaku tersebut dapat muncul jika siswa merasa berada dalam situasi terdesak, misalnya: diadakan pelaksanaan ujian secara mendadak, materi ujian terlalu banyak atau adanya beberapa ujian yang diselenggarakan pada hari yang sama sehingga siswa merasa kurang memiliki waktu untuk belajar. Situasi lain yang mendorong siswa untuk menyontek adalah jika siswa merasa perilakunya tidak akan ketahuan, meskipun ketahuan hukuman yang diterima tidak akan terlalu berat
d.      Waktu (time)
Yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode, misalnya: waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam tertentu), periode tertentu (bulan tertentu) dan waktu yang tidak terbatas (waktu yang akan datang).
Perilaku menyontek menurut Hartanto (2012) dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam perilaku menyontek meliputi: (1) self efficacy yang rendah; (2) kemampuan akademik yang rendah; (3) time management dan (4) prokastinasi. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku menyontek meliputi; (1) tekanan dari teman sebaya; (2) tekanan dari orang tua; (3) peraturan sekolah yang kurang jelas dan (3) sikap guru yang kurang tegas terhadap siswa yang melakukan tindakan menyontek.
Kategori Cheating Behaviour
Cizek (dalam ‘Alawiyah 2011) menyatakan bahwa perilaku cheating terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima) information.
b. Menggunakan materi (bahan) yang terlarang.
c. Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan
Faktor – Faktor yang Menyebabkan Perilaku Curang (cheating behaviour)
Faktor-faktor yang menyebabkan berbuat curang menurut Hendricks (2004),
1.      Faktor individual, yang meliputi usia, jenis kelamin, prestasi akademis, pendidikan orangtua, dan aktivitas ekstrakurikuler.
2.      Faktor kepribadian, siswa yang meliputi moralitas, variabel yang berkaitan dengan pencapaian akademis, dan impulsivitas, afektivitas dan variabel kepribadian lainnya.
3.      faktor kontekstual, yang meliputi keanggotaan perkumpulan siswa, perilaku teman sebaya, dan penolakan teman sebaya terhadap perilaku kecurangan akademik.
4.      Faktor situasional, yang meliputi belajar terlalu banyak, kompetisi dan ukuran kelas serta lingkungan ujian.” (Hendricks, 2004)
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Menyontek
Perilaku menyontek memiliki beberapa factor yang mempengaruhi menurut Friyatni (2011) ada banyak yang menjadi pendorong seseorang melakukan tindakan atas perilaku menyontek, antara lain            :
1.      Penguasaan materi
2.      Cara belajar
3.      Konsep diri
4.      Motivasi personal
Mujahidah (2009) mengemukakan faktor yang mempengaruhi menyontek ada tiga, yaitu :
1.      Faktor situasional meliputi tekanan untuk mencapai nilai tinggi, kontrol atau pengawasan saat ujian, kurikulum, pengaruh teman sebaya, ketidaksiapan mengikuti ujian, iklim akademis di institusi pendidikan.
2.      Faktor personal meliputi kurangnya percaya diri, self esteem, dan need for approval, ketakutan terhadap kegagalan, kompetensi dalam memperoleh nilai.
3.      Faktor demografi meliputi jenis kelamin, moralitas dan riwayat pendidikan sebelumnya.
Alasan Peserta Didik Melakukan Menyontek
1.       Menurut (Anderman dan Murdock, 2007; Hartanto, 2012) berdasarkan perspektif motivasi, beberapa siswa menyontek karena sangat fokus pada nilai atau ranking di kelas.
2.       Mereka sangat takut pada kesan yang akan diberikan oleh ternan sebaya mereka pada dirinya (yakni dianggap bodoh atau dijauhi).
3.       Ada tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi yaitu dari orang tua, teman sebaya dan guru yang meyebabkan terjadinya perilaku menyontek (Murdock & Anderman, 2006: 132). Dengan pandangan tersebut membuat tekanan pada siswa untuk memperoleh nilai yang tinggi. Tekanan tesebut akan membuat para siswa lebih fokus tehadap nilai saja tapi bukan pada ilmunya.

No comments:

Post a Comment