Cheating
menurut Deigton (Kushartanti, 2009) adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair (tidak jujur). Pengertian dari cheating itu sendiri
juga didefinisikan oleh Bower (Purnamasari, 2013) merupakan perbuatan yang
menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah dan terhormat yaitu
mendapatkan keberhasilan akademik untuk menghindari kegagalan akademik. Dalam
konteks pendidikan atau sekolah beberapa perbuatan yang termasuk dalam kategori
cheating antara lain yaitu
meniru pekerjaan teman, bertanya langsung kepada teman ketika sedang
mengerjakan tes ujian, membawa catatan pada kertas, pada anggota badan atau
pada pakaian masuk ruang ujian, menerima droping jawaban dari pihak luar,
mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman,
menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas ujian di
kelas atau tugas penulihan paper dan
home test.
Perilaku
menyontek bukan merupakan cara yang benar untuk memperoleh nilai tinggi.
Abramovits & Bouville (Mujahidah, 2009) mengemukakan bahwa praktik
menyontek bila dilakukan secara terus menerus akan menjadi bagian dari diri
individu. Dampaknya, masyarakat akan menjadi permisif terhadap perilaku
menyontek. Hal ini akan berakibat bahwa perilaku menyontek akan menjadi bagian
dari kebudayaan yang berdampak pada kaburnya nilai-nilai moral dalam setiap
aspek kehidupan dan pranata sosial dan bahkan bisa melemahkan kekuatan
masyarakat. Hal ini disebabkan perilaku menyontek merupakan tindakan curang
yang mengabaikan kejujuran, mengabaikan usaha optimal seperti belajar tekun
sebelum ujian serta mengikis kepercayaan diri siswa (Sari dkk, 2013). Athanasou
& Olasehinde (Hartanto, 2012) mengemukakan bahwa perilaku menyontek adalah
kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak diperkenankan atau
menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas akademik yang bisa mempengaruhi
hasil evaluasi atau penilaian.
Pendidikan sebagai sarana pembentuk intelektual dan
moral diharapkan bebas dari bentuk-bentuk praktek perilaku negatif seperti
menyontek.Akan tetapi fakta dilapangan menunjukkan bahwa perilaku menyontek
masih marak dilakukan di lingkungan sekolah.Hurlock (1999) menyatakan bahwa
kebanyakan siswa di sekolah menengah banyak melakukan kegiatan menyontek dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan soal tes.
Aspek – Aspek Perilaku
Menyontek
Fishbien
& Ajzen (Nursalam, 2012) mengemukakan bahwa aspek menyontek dapat diperoleh
dari bentuk perilaku seseorang. Terdapat empat aspek perilaku menyontek sebagai
berikut:
a.
Perilaku
(behavior)
Yaitu
perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan. Pada konteks menyontek,
perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan merupakan bentuk-bentuk
perilaku menyontek yaitu menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian atau
ulangan, mencontoh jawaban siswa lain, memberikan jawaban yang telah selesai
kepada siswa lain dan mengelak dari aturan-aturan.
b.
Sasaran
(target)
Yaitu
objek yang menjadi sasaran perilaku.Objek yang menjadi sasaran dari perilaku
spesifik dapat digolongkan menjadi tiga yaitu orang tertentu atau objek
tertentu (particular object), sekelompok orang atau sekelompok objek (a
class of object) dan orang atau objek pada umumnya (any object).Pada
konteks menyontek objek yang menjadi sasaran perilaku dapat berupa catatan
jawaban, buku, telepon genggam, kalkulator maupun teman.
c.
Situasi
(situation)
Yaitu
situasi yang mendukung untuk dilakukannya suatu perilaku (bagaimana dan dimana
perilaku itu akan diwujudkan). Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi
terjadinya perilaku. Pada konteks menyontek perilaku tersebut dapat muncul jika
siswa merasa berada dalam situasi terdesak, misalnya: diadakan pelaksanaan
ujian secara mendadak, materi ujian terlalu banyak atau adanya beberapa ujian yang
diselenggarakan pada hari yang sama sehingga siswa merasa kurang memiliki waktu
untuk belajar. Situasi lain yang mendorong siswa untuk menyontek adalah jika
siswa merasa perilakunya tidak akan ketahuan, meskipun ketahuan hukuman yang
diterima tidak akan terlalu berat
d.
Waktu
(time)
Yaitu
waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode atau
tidak terbatas dalam satu periode, misalnya: waktu yang spesifik (hari
tertentu, tanggal tertentu, jam tertentu), periode tertentu (bulan tertentu)
dan waktu yang tidak terbatas (waktu yang akan datang).
Perilaku menyontek menurut Hartanto (2012) dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal dalam perilaku menyontek meliputi: (1) self efficacy yang
rendah; (2) kemampuan akademik yang rendah; (3) time management dan (4)
prokastinasi. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku menyontek meliputi;
(1) tekanan dari teman sebaya; (2) tekanan dari orang tua; (3) peraturan
sekolah yang kurang jelas dan (3) sikap guru yang kurang tegas terhadap siswa
yang melakukan tindakan menyontek.
Kategori Cheating
Behaviour
Cizek (dalam ‘Alawiyah
2011) menyatakan bahwa perilaku cheating terbagi menjadi tiga kategori,
yaitu:
a. Giving (memberi), taking
(mengambil), or receiving (menerima) information.
b. Menggunakan materi
(bahan) yang terlarang.
c. Memanfaatkan
kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk memperoleh keuntungan
Faktor – Faktor yang
Menyebabkan Perilaku Curang (cheating behaviour)
Faktor-faktor yang menyebabkan berbuat
curang menurut Hendricks (2004),
1.
Faktor
individual, yang meliputi usia, jenis kelamin, prestasi akademis, pendidikan
orangtua, dan aktivitas ekstrakurikuler.
2.
Faktor
kepribadian, siswa yang meliputi moralitas, variabel yang berkaitan dengan
pencapaian akademis, dan impulsivitas, afektivitas dan variabel kepribadian
lainnya.
3.
faktor
kontekstual, yang meliputi keanggotaan perkumpulan siswa, perilaku teman
sebaya, dan penolakan teman sebaya terhadap perilaku kecurangan akademik.
4.
Faktor
situasional, yang meliputi belajar terlalu banyak, kompetisi dan ukuran kelas
serta lingkungan ujian.” (Hendricks, 2004)
Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Menyontek
Perilaku menyontek memiliki beberapa factor yang
mempengaruhi menurut Friyatni (2011) ada banyak yang menjadi pendorong
seseorang melakukan tindakan atas perilaku menyontek, antara lain :
1. Penguasaan
materi
2. Cara
belajar
3. Konsep
diri
4. Motivasi
personal
Mujahidah
(2009) mengemukakan faktor yang mempengaruhi menyontek ada tiga, yaitu :
1. Faktor
situasional meliputi tekanan untuk mencapai nilai tinggi, kontrol atau
pengawasan saat ujian, kurikulum, pengaruh teman sebaya, ketidaksiapan
mengikuti ujian, iklim akademis di institusi pendidikan.
2. Faktor
personal meliputi kurangnya percaya diri, self esteem, dan need for approval,
ketakutan terhadap kegagalan, kompetensi dalam memperoleh nilai.
3. Faktor
demografi meliputi jenis kelamin, moralitas dan riwayat pendidikan sebelumnya.
Alasan Peserta Didik
Melakukan Menyontek
1. Menurut
(Anderman dan Murdock, 2007; Hartanto, 2012) berdasarkan perspektif motivasi,
beberapa siswa menyontek karena sangat fokus pada nilai atau ranking di kelas.
2. Mereka
sangat takut pada kesan yang akan diberikan oleh ternan sebaya mereka pada
dirinya (yakni dianggap bodoh atau dijauhi).
3. Ada
tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi yaitu dari orang tua, teman sebaya dan
guru yang meyebabkan terjadinya perilaku menyontek (Murdock & Anderman,
2006: 132). Dengan pandangan tersebut membuat tekanan pada siswa untuk
memperoleh nilai yang tinggi. Tekanan tesebut akan membuat para siswa lebih
fokus tehadap nilai saja tapi bukan pada ilmunya.
No comments:
Post a Comment