Friday, May 10, 2019

Individu dalam Kelompok (definisi dan manfaat)


A.   Individu dalam Kelompok
a)      Definisi Individu dalam kelompok
Individu berasal dari kata individium (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologi, artinya manusia yang hidup berdiri sendiri, tidak mempunyai kawan (sendiri). Individu sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, di dalam dirinya selalu dilengkapi dengan kelengkapan hidup meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
Kelompok merupakan sekumpulan orang yang merasa terikat bersama dalam unit koheren pada beberapa tingkatan (Baron, Branscombe & Byrne, 2008, p. 380). Definisi lain menyebutkan bahwa kelompok adalah dua atau lebih orang yang berbagi definisi dan evaluasi yang serupa tentang diri mereka dan bersikap berdasarkan definisi tersebut (Vaughan & Hagg, 2005, hlm.182). Kelompok dua atau lebih individu berinteraksi secara langsung, masing-masing peduli dengan hubungannya dalam sebuah grup, masing-masing peduli dengan orang lain yang menjadi anggota grup, dan masing-masing peduli dengan ketergantungan positif mereka sehingga mereka dapat berusaha mencapai tujuan bersama ( Johnson& Johnson, dalam Vaughan & Hagg, 2005, hlm.183).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kelompok mempunyai hal-hal berikut :
a.       Sekelompok orang (dua atau lebih)
b.      Memersepsi atau dipersepsi sebagai satu kesatuan
c.       Ada interaksi antaranggota
d.      Ada saling ketergantungan satu sama lain
e.       Memiliki tujuan bersama
f.       Anggota kelompok merasa dirinya sebagian dari kelompok

b)     Manfaat Kelompok bagi Individu
Menurut Burn (2004), kelompok memiliki tiga manfaat, yaitu :
a.       Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan dimiliki. Adanya kelompok membuat individu tidak merasa sendirian, ada orang lain yang membutuhkan dan menyayangi.
b.      Kelompok sebagai sumber identitas diri. Individu yang tergabung dalam kelompok bisa mendefinisikan dirinya, ia mengenali dirinya sebagai anggota suatu kelompok, dan bertingkah laku sesuai norma kelompok itu.
c.       Kelompok memiliki anggota dengan perannya masing-masing sehingga peran dapat mencegah anggota kelompok dari sanksi yang negative akibat salah mengambil tindakan dan mencegah anggota kelompok dari kesalahpahaman. Peran yang telah diambil seorang anggota kelompok akan diinternalisasi dan menjadi bagian dari konsep diri pemiliknya, menjadi alat untuk mendefinisikan diri pemilik peran, dan mengarahkan tingkah lakunya.

c)      Komponen Utama Kelompok
Kelompok memiliki struktur. Struktur kelompok ini dapat mempengaruhi tingkah laku individu yang menjadi anggotanya atau individu lain diluar kelompok. Struktur kelompok terdiri dari peran, status, jejaring komunikasi, sosialisasi kelompok, norma dan kohesivitas.
a)      Peran
Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan untuk dilakukan oleh individu (atau kelompok individu) yang menempati posisi tertentu di dalam grup.( Baron dkk., 2008, halaman 384 )
Peran dirancang dengan spesifik untuk membedakan di antara orang-orang dalam grup untuk kebaikan grup itu secara keseluruhan membantu untuk menjelaskan tanggung jawab dan kewajiban anggota grup ( Vaughan & Hogg, 2005, hlm. 201 )
Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan peran adalah serangkaian tingkah laku yang dijalankan dan atau diharapkan dijalankan oleh anggota kelompok yang memiliki posisi tertentu di dalam kelompok sehingga membedakan ia dari anggota lain yang memiliki posisi berbeda.
Konflik peran adalah kondisi ketika berbagai tuntutan di dalam peran seseorang yang bertentangan (intraperan) atau ketika tuntutan dari berbagai peran yang dimiliki seseorang saling bertentangan satu sama lain (antar peran) (Burn, 2004).
b)     Status
                       Status adalah posisi seorang anggota kelompok di dalam hierarki kelompok berdasarkan prestasi,penghormatan,atau keistimewaan yang membedakan dirinya dengan anggota lain di dalam kelompok.
           Status terjadi karena adanya perbedaan peran di dalam kelompok.Ada peran-peran yang pemegangnya lebih dihormati dibandingkan yang lain. Status terdiri atas dua jenis,yaitu status yang diwariskan (ascribed status) dan status yang diusahakan (achieved status).Status yang diwariskan adalah status yang diberikan kepada individu karena ia memiliki karakteristik yang menurut kelompok berharga dan prestisius.Sedangkan status yang diusahakan diperoleh individu karena ia melakukan sesuatu yang penting dalam mencapai tujuan kelompok atau berkorban untuk kelompok.
             Faktor-faktor yang berhubungan dengan diraihnya status tinggi seseorang di dalam kelompok menurut penelitian (Vaughan dan Hogg,2005;Baron dkk,2008) :
a.      Ukuran tubuh.Laki-laki dan perempuan yang lebih tinggi cenderung dipilih menjadi pemimpin.
b.      Memiliki atribut-atribut yang penting bagi kelompok,baik sifat maupun     penampilan,atau atribut lain seperti jenis kelamin,etnisitas,dan pekerjaan.
c.       Usia.Anggota yang senior,lebih besar kemungkinannya memegang status yang tinggi.
d.     Kemampuan individu dalam menangani tugas kelompok dan berinisiatif melakukan sesuatu yang menguntungkan kelompok.

c)       Komunikasi di dalam Kelompok
      Komunikasi adalah transmisi informasi dan pemahaman antara anggota kelompok (Burn,2004). Komunikasi sangat penting bagi kelompok karena anggota kelompok dengan perannya masing-masing perlu berkoordinasi untuk mencapai tujuan kelompok.Oleh karena itu, komunikasi juga bisa dianggap bagian dari struktur kelompok.
      Komunikasi di dalam kelompok biasanya membentuk jejaring yang menentukan siapa berkoordinasi dengan siapa. Jejaring komunikasi bisa terpusat (centralized) atau tersebar (decentralized). Jejaring komunikasi terpusat terbentuk ketika anggota kelompok harus menghubungi seorang tokoh sentral untuk berkomunikasi dengan anggota lain.Sedangkan jejaring komunikasi tersebar terbentuk ketika informasi mengalir di antara anggota kelompok tanpa harus melalui tokoh sentral.
                  Komunikasi juga bisa berbentuk secara formal dan informal.Jejaring komunikasi formal dirancang dan disediakan oleh kelompok,seperti memo internal dan rapat mingguan.Sementara jejaring komunikasi informal adalah jejaring komunikasi yang tidak resmi,seperti grapevine(saluran tempat berlalu-lalang gosip,rumor dan informasi tidak resmi lainnya).

d)     Norma
Norma adalah peraturan dalam kelompok yang mengindikasikan bagaimana anggota keompok harus atau tidak harus bersikap. (Baron, 2008) Berdasarkan definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan norma adalah aturan yang disepakati bersama tentang apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Norma sangat penting bagi kelompok karena ia mengatur bagaimana anggota kelompok bertindak. Norma adalah hal pertama yang dibutuhkan oleh sebuah kelompok baru. Tanpa norma, kelompok akan sulit bekerja untuk mencapai tujuannya. Ada dua bentuk norma yaitu formal dan non formal.
Norma memiliki beberapa fungsi (Burn,2004), yaitu:
1.      Mengatur tingkah laku anggota kelompok sehingga kelompok dapat berfungsi secara efisien dalam mencapai tujuan.
2.      Mengurangi ketidakpastian karena individu tahu apa yang diharapkan dari dirinya didalam kelompok.
3.      Membedakan kelompok dengan kelompok lain, termasuk anggota kelompok dengan non anggota, sehingga memudahkan terbentuknya identitas kelompok.

e)      Kohesivitas kelompok
Kohesivitas kelompok adalah semua kekuatan (faktor) yang menyebabkan anggota grup tetap berada dalam grup tersebut. (Baron, 2008). Berdasarkan definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.
f)       Sosialisasi Kelompok
Sosialisasi kelompok adalah bagaimana kelompok berubah dari waktu ke waktu karena anggotanya berinteraksi sehingga terjadi perubahan struktur hubungan dan peran di dalam kelompok.
Ada berbagai model sosialisasi kelompok (Burn, 2004).Salah satunya adalah Model Perkembangan Kelompok Dasar dari Tuckman (1965).Model ini meliputi hal-hal berikut.
1.      Forming (orientasi). Ini adalah tahap pertama, kelompok baru terbentuk, partisipasi anggota kelompok masih sedikit dan bergantung pda pemimpin atau  peraturan yang umum.
2.      Storming (konflik). Ini merupakan tahap kedua, anggota kelompok tidak sependapat tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana peran pemimpin didalam kelompok. Disini terjadi diskusi dan perdebatan antar anggota sambil saling menilai satu sama lain.
3.      Norming (struktur). Pada tahap ketiga ini mulai ada kohesi kelompok serta terbentuk struktur, peran, dan ke-kita-an. Disini juga ditentukan tata cara, norma, aturan, hak dan kewajiban yang akan dijadikan rujukan.
4.      Performing (bekerja). Pada tahap ini anggota kelompok terfokus untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok.
5.      Adjourning (bubar). Ini adalah tahap terakhir, anggota kelompok mulai melepaskan diri dari kegiatan sosial, emosional, dan tugas kelompok.
Secara ringkas, komponen penting didalam kelompok yaitu peran, status, komunikasi, kohesivitas, norma, dan sosialisasi kelompok, mempengaruhi bgaimana individu bertingkah laku didalam kelompok.

No comments:

Post a Comment