A.
Individu dalam Kelompok
a)
Definisi
Individu dalam kelompok
Individu berasal dari kata
individium (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu
menurut konsep sosiologi, artinya manusia yang hidup berdiri sendiri, tidak
mempunyai kawan (sendiri). Individu sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa, di dalam dirinya selalu dilengkapi dengan kelengkapan hidup meliputi raga,
rasa, rasio, dan rukun.
Kelompok merupakan sekumpulan orang yang
merasa terikat bersama dalam unit koheren pada beberapa tingkatan (Baron,
Branscombe & Byrne, 2008,
p. 380). Definisi lain menyebutkan
bahwa kelompok adalah dua atau lebih orang yang berbagi definisi dan evaluasi
yang serupa tentang diri mereka dan bersikap berdasarkan definisi tersebut
(Vaughan & Hagg, 2005, hlm.182). Kelompok dua atau lebih individu berinteraksi secara
langsung, masing-masing peduli dengan hubungannya dalam sebuah grup,
masing-masing peduli dengan orang lain yang menjadi anggota grup, dan
masing-masing peduli dengan ketergantungan positif mereka sehingga mereka dapat
berusaha mencapai tujuan bersama ( Johnson& Johnson, dalam Vaughan &
Hagg, 2005,
hlm.183).
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut, maka dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan kelompok mempunyai hal-hal berikut :
a. Sekelompok
orang (dua atau lebih)
b. Memersepsi
atau dipersepsi sebagai satu kesatuan
c. Ada
interaksi antaranggota
d. Ada
saling ketergantungan satu sama lain
e. Memiliki
tujuan bersama
f. Anggota
kelompok merasa dirinya sebagian dari kelompok
b)
Manfaat
Kelompok bagi Individu
Menurut
Burn (2004), kelompok memiliki
tiga manfaat, yaitu :
a. Kelompok
memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan dimiliki. Adanya kelompok
membuat individu tidak merasa sendirian, ada orang lain yang membutuhkan dan
menyayangi.
b. Kelompok
sebagai sumber identitas diri. Individu yang tergabung dalam kelompok bisa mendefinisikan
dirinya, ia mengenali dirinya sebagai anggota suatu kelompok, dan bertingkah
laku sesuai norma kelompok itu.
c. Kelompok
memiliki anggota dengan perannya masing-masing sehingga peran dapat mencegah
anggota kelompok dari sanksi yang negative akibat salah mengambil tindakan dan
mencegah anggota kelompok dari kesalahpahaman. Peran yang telah diambil seorang
anggota kelompok akan diinternalisasi dan menjadi bagian dari konsep diri
pemiliknya, menjadi alat untuk mendefinisikan diri pemilik peran, dan mengarahkan
tingkah lakunya.
c)
Komponen
Utama Kelompok
Kelompok memiliki struktur. Struktur
kelompok ini dapat mempengaruhi tingkah laku individu yang menjadi anggotanya
atau individu lain diluar kelompok. Struktur kelompok terdiri dari peran,
status, jejaring komunikasi, sosialisasi kelompok, norma dan kohesivitas.
a)
Peran
Peran merupakan serangkaian perilaku
yang diharapkan untuk dilakukan oleh individu (atau kelompok individu) yang
menempati posisi tertentu di dalam grup.( Baron dkk., 2008, halaman 384 )
Peran dirancang dengan spesifik untuk
membedakan di antara orang-orang dalam grup untuk kebaikan grup itu secara
keseluruhan membantu untuk menjelaskan tanggung jawab dan kewajiban anggota
grup ( Vaughan & Hogg, 2005, hlm. 201 )
Berdasarkan kedua definisi di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan peran adalah serangkaian
tingkah laku yang dijalankan dan atau diharapkan dijalankan oleh anggota
kelompok yang memiliki posisi tertentu di dalam kelompok sehingga membedakan ia
dari anggota lain yang memiliki posisi berbeda.
Konflik peran adalah kondisi ketika
berbagai tuntutan di dalam peran seseorang yang bertentangan (intraperan) atau
ketika tuntutan dari berbagai peran yang dimiliki seseorang saling bertentangan
satu sama lain (antar peran) (Burn, 2004).
b) Status
Status adalah posisi seorang anggota
kelompok di dalam hierarki kelompok berdasarkan prestasi,penghormatan,atau
keistimewaan yang membedakan dirinya dengan anggota lain di dalam kelompok.
Status terjadi karena adanya perbedaan peran
di dalam kelompok.Ada peran-peran yang pemegangnya lebih dihormati dibandingkan
yang lain. Status terdiri atas dua jenis,yaitu status yang diwariskan (ascribed status) dan status yang
diusahakan (achieved status).Status
yang diwariskan adalah status yang diberikan kepada individu karena ia memiliki
karakteristik yang menurut kelompok berharga dan prestisius.Sedangkan status
yang diusahakan diperoleh individu karena ia melakukan sesuatu yang penting
dalam mencapai tujuan kelompok atau berkorban untuk kelompok.
Faktor-faktor
yang berhubungan dengan diraihnya status tinggi seseorang di dalam kelompok
menurut penelitian (Vaughan dan Hogg,2005;Baron dkk,2008) :
a.
Ukuran tubuh.Laki-laki dan perempuan yang lebih tinggi
cenderung dipilih menjadi pemimpin.
b.
Memiliki atribut-atribut yang penting bagi
kelompok,baik sifat maupun
penampilan,atau atribut lain seperti jenis kelamin,etnisitas,dan
pekerjaan.
c.
Usia.Anggota
yang senior,lebih besar kemungkinannya memegang status yang tinggi.
d.
Kemampuan individu dalam menangani tugas kelompok dan
berinisiatif melakukan sesuatu yang menguntungkan kelompok.
c) Komunikasi di
dalam Kelompok
Komunikasi adalah transmisi
informasi dan pemahaman antara anggota kelompok (Burn,2004). Komunikasi sangat
penting bagi kelompok karena anggota kelompok dengan perannya masing-masing
perlu berkoordinasi untuk mencapai tujuan kelompok.Oleh karena itu, komunikasi
juga bisa dianggap bagian dari struktur kelompok.
Komunikasi di dalam kelompok
biasanya membentuk jejaring yang menentukan siapa berkoordinasi dengan siapa.
Jejaring komunikasi bisa terpusat (centralized) atau tersebar (decentralized). Jejaring
komunikasi terpusat terbentuk ketika anggota kelompok harus menghubungi seorang
tokoh sentral untuk berkomunikasi dengan anggota lain.Sedangkan jejaring
komunikasi tersebar terbentuk ketika informasi mengalir di antara anggota
kelompok tanpa harus melalui tokoh sentral.
Komunikasi juga bisa
berbentuk secara formal dan informal.Jejaring komunikasi formal dirancang dan
disediakan oleh kelompok,seperti memo internal dan rapat mingguan.Sementara
jejaring komunikasi informal adalah jejaring komunikasi yang tidak
resmi,seperti grapevine(saluran tempat berlalu-lalang gosip,rumor dan informasi
tidak resmi lainnya).
d)
Norma
Norma adalah peraturan dalam kelompok
yang mengindikasikan bagaimana anggota keompok harus atau tidak harus bersikap.
(Baron, 2008) Berdasarkan definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan norma adalah aturan yang disepakati bersama tentang apa
yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Norma
sangat penting bagi kelompok karena ia mengatur bagaimana anggota kelompok
bertindak. Norma adalah hal pertama yang dibutuhkan oleh sebuah kelompok baru.
Tanpa norma, kelompok akan sulit bekerja untuk mencapai tujuannya. Ada dua
bentuk norma yaitu formal dan non formal.
Norma
memiliki beberapa fungsi (Burn,2004), yaitu:
1.
Mengatur tingkah laku anggota kelompok
sehingga kelompok dapat berfungsi secara efisien dalam mencapai tujuan.
2.
Mengurangi ketidakpastian karena
individu tahu apa yang diharapkan dari dirinya didalam kelompok.
3.
Membedakan kelompok dengan kelompok
lain, termasuk anggota kelompok dengan non anggota, sehingga memudahkan
terbentuknya identitas kelompok.
e) Kohesivitas kelompok
Kohesivitas kelompok adalah semua
kekuatan (faktor) yang menyebabkan anggota grup tetap berada dalam grup
tersebut. (Baron, 2008). Berdasarkan definisi diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok adalah faktor-faktor
yang dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota
sehingga terbentuklah kelompok.
f) Sosialisasi Kelompok
Sosialisasi
kelompok adalah bagaimana kelompok berubah dari waktu ke waktu karena
anggotanya berinteraksi sehingga terjadi perubahan struktur hubungan dan peran
di dalam kelompok.
Ada
berbagai model sosialisasi kelompok (Burn, 2004).Salah satunya adalah Model
Perkembangan Kelompok Dasar dari Tuckman (1965).Model ini meliputi hal-hal
berikut.
1.
Forming
(orientasi).
Ini adalah tahap pertama, kelompok baru terbentuk, partisipasi anggota kelompok
masih sedikit dan bergantung pda pemimpin atau
peraturan yang umum.
2.
Storming
(konflik).
Ini merupakan tahap kedua, anggota kelompok tidak sependapat tentang apa yang
harus dilakukan dan bagaimana peran pemimpin didalam kelompok. Disini terjadi
diskusi dan perdebatan antar anggota sambil saling menilai satu sama lain.
3.
Norming
(struktur).
Pada tahap ketiga ini mulai ada kohesi kelompok serta terbentuk struktur,
peran, dan ke-kita-an. Disini juga ditentukan tata cara, norma, aturan, hak dan
kewajiban yang akan dijadikan rujukan.
4.
Performing
(bekerja).
Pada tahap ini anggota kelompok terfokus untuk menyelesaikan tugas dan mencapai
tujuan kelompok.
5.
Adjourning
(bubar).
Ini adalah tahap terakhir, anggota kelompok mulai melepaskan diri dari kegiatan
sosial, emosional, dan tugas kelompok.
Secara ringkas,
komponen penting didalam kelompok yaitu peran, status, komunikasi, kohesivitas,
norma, dan sosialisasi kelompok, mempengaruhi bgaimana individu bertingkah laku
didalam kelompok.
No comments:
Post a Comment