2.1.Pengertian
Perilaku
Menurut
Soebagio dalam Mar’at (1982 : 1-2) perilaku adalah tindakan (kegiatan dan
tindak-tanduk) manusia yang diamati. Perilaku merupakan fungsi interaksi antara
manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini melibatkan kepribadin manusia yang
komplek dengan lingkungan yang memiliki tatanan tertentu. Perbedaan kepribadian
manusia dengan lingkungan yang dihadapinya menimbulkan perilaku manusia berbeda-beda.
Ini berarti bahwa individu dengan lingkungannya menentukan perilaku keduanya
secara langsung. Implikasi ke dalam diri manusia memberikan jawaban (respon)
terhadap stimulasi yang timbul.
Menurut
Ndara dalam Nazaruddin (2014 : 1) menyatakan bahwa perilaku yang rasional
disebut aktivitas, dan aktivitas mempengaruhi baik produktivitas maupun kualitas
hidup manusia yang bersangkutan. Allport dalam Mar’at (1982 : 27) memberikan
pemahaman tentang konsep perilaku yakni sebagai bagian dari komponen sikap yang
dinamakan konisasi, disamping komponen lain yaitu kognisi dan afeksi. Perilaku
atau konasi merupakan, predisposisi atau tindak mengantisipasi obyek sikap
serta merupakan kecendrungan bertingkah laku.
Konsep
perilaku berkaitan dengan sikap dimaksud adalah kecenderungan untuk bertindak
atau bertingkah laku. Dengan demikian, dapat dikaitkan bahwa perilaku adalah
kecendrungan gerak dan perubahan yang terjadi dalam situasi dan kondisi lingkungan
tertentu. Menurut Thoha (2004 : 36) perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi
dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya. Ini berarti bahwa
seseorang individu dengan lingkungannya menentukan perilaku keduannya secara
langsung. Menurut Siagian dalam Nazaruddin (2014 : 6) mendefenisikan
perilaku adalah keseluruhan tabiat dan sifat seseorang yang mencermin dalam
upacara dan tindak tanduknya sebagai anggota organisasi.
Menurut
Kreitner (2003 : 182) perilaku adalah kecenderungan merespon suatu secara
konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan suatu objek
tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah tindakan yang dilakukan
manusia.
2.2.
Jenis perilaku
Perilaku
manusia dapat dibedakan antara perilaku yang refleksif dan perilaku yang
non-refleksif. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas
reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut.
Perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya, secara
otomatis. Dalam perilaku yang refleksif respons langsung timbul begitu menerima
stimulus. Dengan kata lain begitu stimulus diterima oleh reseptor, begitu
langsung respon timbul melalui afektor, tanpa melalui pusat kesadaran atau otak
(Bimo, 2004).
Lain
halnya dengan perilaku yang non-refleksif. Perilaku ini dikendalikan atau
diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Proses yang terjadi dalam otak atau puat
kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas atas
dasar proses psikologis yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku
psiklogis (Bimo, 2004).
2.3.
Pembentukan perilaku
Perilaku
manusia sebagian terbesar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan adalah
bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan (Bimo,
2004).
1. Cara
pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiaan.
Salah satu cara
pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning atau kebiasaan. Dengan
cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan
terbentuklah perilaku tersebut.
2. Pembentukan
perilaku dengan pengertian (insight)
Cara ini berdasarkan
atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian.
Dalam eksperimen Kohler dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight.
3. Pembentukan
perilaku dengan menggunakan model
Pembentukan perilaku
masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Cara ini didasarkan
atas teori belajar sosial yang dikemukakan Bandura.
2.4.
Teori perilaku
Perilaku manusia itu
didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini
ada beberapa teori, diantara teori-teori tersebut dapat dikemukakan :
1. Teori
Insting
Insting merupakan
perilaku yang innate, perilaku yang
bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. Menurut Allport
(dalam Bimo, 2004) perilaku manusia disebabkan karena banyak faktor, termasuk
orang-orang yang ada di sekitarnya dengan perilakunya.
2. Teori
dorongan (drive theory)
Dorongan-dorongan ini
berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong berperilaku. Bila
organisme itu mempunyai kebutuhan dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya
maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme
berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau
reduksi dari dorongan-dorongan tersebut.
3. Teori
insentif
Teori ini bertitik
tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya
insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku.
Insentif atau juga disebut sebagai reinforcement
ada yang positif dan ada yang negatif. Reinforcement
yang positif akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan reinforcement yang negatf akan dapat
menghambat dalam organisme berperilaku.
4. Teori
atribusi
Teori ini menjelaskan
tentang sebab-sebab perilaku orang.
5. Teori
kognitif
Apabila seseorang harus
memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka pada umumnya yang bersangkutan
akan memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat besar bagi yang
bersangkutan. Dengan kemampuan memilih ini berarti faktor berpikir berperan
dalam menentukan pilihannya. Dengan kemampuan berpikir orang akan dapat melihat
apa yang telah terjadi sebagai bahan pertimbangannya di samping melihat apa
yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan
terjadi dalam seseorang bertindak.
2.5.
Faktor yang mempengaruhi perilaku
1. Faktor
endogen
Ialah
faktor yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran.jadi
faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Di samping itu
individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan psikologis yang erat hubungannya
dengan keadaan jasmani yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat
pembawaan yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu
yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologis seperti darah, kelenjar-kelenjar,
cairan-cairan lain yang terdapat dalam diri manusia.
2. Faktor
eksogen
Merupakan
faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman,
alam sekitar, pendidikan dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment