Friday, May 10, 2019

APA ITU KEPEMIMPINAN?? DAN BAGAIMANA MENJADI PEMIMPIN??


Kepemimpinan
Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu memimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Pengertian kepemimpinan (dalam Wahjosumidjo), di antaranya adalah:
a. Menurut George P. Terry “ Leadership is the activity of influencing exercised to strive willingly for group objective”. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok.
b. Menurut Robert Tennenbaum, Irving R.Wischler, dan Fred Massarik “Leadership as interpersonal influence exercised in a situasion and directed, through the communication process, towardthe attainment of a specialized goal or goals”. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi kea rah tercapainya suatu tujuan ataupun tujuan tujuan yang telah ditetapkan.
c. Pengertian lain dari Harold Koontz and Cyril O’Donnell” Leadership is influencing people to follow in the achievement of a common goal”. Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.
Dari tiga pengertian tersebut di atas, bahwa kepemimpinan itu adalah upaya untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan, baik tujuan tersebut telah ditetapkan atau tujuan lain yang lebih luas. Upaya tersebut lebih bersifat hubungan antar pribadi.
2. Fungsi Pemimpin banyak dan bervariasi, Ravin dan Rubin menyebutkan ada 4 fungsi pemimpin, yaitu:
a. Membantu menetapkan tujuan kelompok.
b. Memelihara kelompok.
c. Memberi symbol untuk identifikasi.
d. Mewakili kelompok terhadap kelompok lain.
Menurut Krech, Chutchfield, dan Ballachey, menyebutkan fungsi pemimpin lebih kompleks, yaitu:
a. Pemimpin sebagai eksekutif
b. Pemimpin sebagai perencana
c. Pemimpin sebagai pembuatan kebijakan (Policy maker)
d. Pemimpin sebagai seorang ahli (Expert)
e. Pemimpin sebagai mewakili kelompok untuk hubungan keluar.
f. Pemimpin sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok.
g. Pemimpin sebagai orang yang memberikan hadiah dan hukuman.
h. Pemimpin sebagai wasit (Pelerai) dan perantara.
i. Pemimpin sebagai contoh (teladan)
j. Pemimpin sebagai symbol dari kelompok
k. Pemimpin sebagai pengganti tanggung jawab individual.
l. Pemimpin sebagai ideologist
m. Pemimpin sebagai figure ayah
n. Pemimpin sebagai tempat menampakan segala kesalahan (scapegoat/ kambing hitam).
3. Faktor yang menentukan seseorang menjadi pemimpin
Ada beberapa faktor yang menjadikan seseorang menjadi pemimpin. Masing masing berbeda bergantung pada karakteristik kelompok yang dipimpinnya, dan tujuan kelompok itu sendiri. Secara garis besar menurut William Foote Whyte, ada 4 faktor yang menentukan seseorang menjadi pemimpin, yaitu:
a. Operational leadership; yaitu orang yang paling banyak inisiatif, menarik, dinamis, menunjukan pengabdian yang tulus, menunjukan prestasi kerja dalam kelompoknya.
b. Popularity; yaitu orang  yang paling banyak dikenal mempunyai kesempatan untuk menjadi pimpinan.
c. The assumed representative; yaitu orang yang dapat mewakili kelompoknya mempunyai kesempatan besar untuk menjadi pimpinan.
d. The prominent talent; yaitu orang yang mempuyai bakat kecakapan yang menonjol dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin.
Selain itu Wiyono Hadikusumo (dalam Siti Partini) menyatakan bahwa selain bekal pengetahuan yang cukup dan keahlian khusus sesuai dengan bidangnya, paling tidak ada 5 unsur yang harus dipenuhhi untuk seseorang dapat menjadi pemimpin, yaitu:
a. Psychology knowledge
b. Self knowledge
c. Human relations
d. Ability to apply knowledge
e. Personality cultivation.
4. Sifat –sifat Kepemimpinan
Sifat sifat kepemimpinan bergantung pada pendekatan kepemimpinan yang diacu dan jenis kepemimpinan yang diikuti. Pada pendekatan trait, sifat-sifat yang diharapkan dari pemimpin di antaranya adalah (a) intelegensi; (b) dominasi; (c) kepercayaan diri; (d) energy-aktivitas; (e) pengetahuan terhadap tugas. (Bagus Riyono, Emi Zulaifah)
Pada pendekatan perilaku, sifat yang penting adalah berfungsi tidaknya kelompok tersebut. Berfungsi kelompok tersebut bergantung pada hubungan antara manusianya dan hubungan dengan pekerjaannya.
Pada pendekatan situasional, sifat kepemimpinan sangat bergantung pada tingkat aspirasi dan orientasi kelompok tersebut. Ki Hajar Dewantoro menyebutkanbahwa sifat kepemimpinan adalah ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani. Sejalan dengan ini Stephen R. Covey menyatakan sifat dan peran pemimpin adalah (a)Pathfinding:perintis jalan; (b) Aligning: penyelaras langkah (c) Empowerment: pemberdayaan anak buah; dan (d) Modelling: menjadi suri tauladan.
Pada kepemimpinan transpormasional, sifat sifat kepemimpinan yang tampak di antaranya adalah (a) Kharisma; (b) inspirasional; (c) perhatian kepada anak buah yang bersifat individu (individualized consideration); dan (d) kemampuan member stimulasi intelektual (intellectual stimulation)
5. Klasifikasi Kepemimpinan
Banyak sudut pandang dalam mengklasifikasi kepemimpinan. Secara garis besar palimg tidak ada 5 macam kepemimpinan, yaitu:
1. Kepemimpinan otoriter      
Pemimpin ini menentukan segala-galanya. Semua aktivitas kelompok dijalankan atas instruksi pemimpin. Pemimpin mengatur dan mendikte anggotanya. Anggota tidak pernah diberi tahu tentang rencana rencana yang akan dijalankan oleh kelompok.
Pemimpin yang otoriter memilki kekuatan yang absolute berbeda dengan pemimpin yang demokratik. Pemimpin otoriter menentukan kebijaksanaan kelompok, ia sendiri yang membuat sebagian besar perencanaan, ia sendirilah yang secara penuh menentukan kegiatan kelompok, membuat keputusan atas hadiah dan hukuman bagi anggota. Oleh karena itu nasib setiap individu di dalam kelompok berada ditangan pemimpin.
Kepemimpinan otoriter akan dirasakan oleh keseluruhan struktur kelompok dimana komunikasi antar anggota kelompok kecil sekali dan memiliki akibat yang kurang menguntungkan. Misalnya: kurang berkembangnya hubungan timbal balik anggotaa dalam kelompok.
2. Kepemimpinan Demokrats
Kerjasama antara pemimpin dan anggotanya. Semua kegiatan kelompok dijalankan atas keputusan bersama. Semua perencanaan dan langkah-langkah pekerjaan ditentukan secara musyawarah. Pemimpin ikut serta dalam kehidupan anggota anggotanya.
Pemimpin menempatkan anggota sebagai kawan dan bukan orang yang dipekerjakan. Tugas dan kewajiban dijalankan bersama-sama dengan pemimpin. Tanggung jawab dibagi bagi antar semua anggota.
Pemimpin demokratis berusaha menampilkan keterlibatan dan keikutsertaan yang maksimum dari setiap anggota dalam kegiatan kelompok dan dalam menentukan tujuan kelompok. Pemimpin berusaha mendorong dan memperkuat hubungan antar individu seluruh kelompok. Ia juga berusaha mengurangi ketegangan dan konflik di dalam kelompok.
3. Kepemimpinan Liberal
Pemimpin pasif, tidak berpartisipasi dengan kegiatan kelompok. Ia berada diluar kelompok, pemimpin tidak memimpin tetapi melepaskan anggota anggotanya. Ia menyerahkan segala galanya pada anggotanya. Tidak pernah mengatur kesalahan anggotanya tetapi selalu bersikap baik.
Menurut Sir William Martin Conway mengadakan klasifikasi kepemimpinan berdasarkan atas peranan sosial yang dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Crowd Compeller
kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang yang mendapat panggilan kewajiban untuk melaksanakannya. Misalnya, pada seorang pemimpin rakyat yang mengorbankan semangat di dalam memperjuangkan hak kemerdekaan bangsa atau pendeta keagamaan dari suatu gerakan dakwah yang menghidupkan perasaan beragama.
b. Crowd Representative
kepemimpinan yang dilakukan bersifat sementara, yaitu selama masa pengangkatannya untuk menduduki jabatan sebagai ketua kelompok dan kelompok itulah yang memilih dia sebagai pemimpinnya.
c. Crowd Exponent
pemimpin ini pada saat yang tepat dan diperlukan dapat menggerakkan masa sedemikian hebat dan mengarahkan pada sarana tujuan yang dimaksud pula, karena pemimpin tersebut dapat menduga apa yang terasa dan menjadi keragu-raguan mereka, kemudian dapat menggerkannya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya di inginkannya.

PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN
Kemampuan seseorang untuk mengajak sekolompok orang mencapai sebuah tujuan kolektif menjadi salah satu pertanyaan para ilmuwan psikologi sosial. Menurut Seters dan Field (1990), teori yang menjelaskan kepemimpinan berevolusi dari erayang membahas kepribadian pimpinan (personality era) hingga era yang membahas kemampuan pemimpin melakukan perubahan dalam kelompok (transformation era). Apabila melihat perkembangannya, teori-teori kepemimpinan dapat dikelompokan menjadi teori-teori mengenai:
1. Perspektif Kepribadian berasumsi bahwa keberhasilan sebuah kelompok untuk mencapai tujuannya bergantung pada sifat-sifat bawaan (traits) si pemimpin. Perspektif ini terbagi menjadi dua pandangan, yaitu: the great person theory dan trait theory (Seters dan Field, 1990)
2. Perspektif situasional memiliki hipotesis bahwa keberhasilan seseorang memimpin kelompoknya mencapai sebuah tujuan bukan hanya bergantung pada karakteristiknya, tetapi lebih pada interaksi antara pemimpin dengan kondisi situasional, kultur, dan konteks dari kelompok.
3. Perspektif proses kelompok yang menganggap bahwa di samping kepribadian pemimpin dan situasi organisasi atau kelompok, proses di dalam kelompok juga memengaruhi kepemimpinan. Perspektif proses kelompok terdiri dari 3 macam cabang teoritis, yaitu: teori yang mengkaji mengenai transformasional versus transaksional dalam kepemimpinan. Terdapat tiga faktor dalam kelompok yang diperhitungkan oleh perspektif ini, yaitu:
a. Hubungan antara pemimpin dan pengikut.
b. Apakah pemimpin merupakan prototype dari kelompok
c. Kepemimpinan transformation vs transactional.
Teori Kepemimpinan
Tiga teori yang menjelaskan munculnya pemimpin adalah sebagai berikut (Kartono, 1998:29) :
  1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut : 1) Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakatbakat alami yang luar biasa sejak lahirnya. 2) Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus. 3) Secara filsafat, teori tersebut menganut pandangan deterministis. 
  2. Teori Sosial (lawan Teori Genetis) menyatakan sebagai berikut : 1) Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja. 2) Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri. 
  3. Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan sebagai berikut : Seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.
Kelebihan Pemimpin
Menurut Stogdill dalam Lee (1989), menyatakan bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
  1. Kapasitas: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau verbal facility, keaslian, kemampuan menilai. 
  2. Prestasi (Achievement) : gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olah raga, dan atletik, dan sebagainya. 
  3. Tanggung Jawab : mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul. 
  4. Partisipasi : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerjasama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor. 
  5. Status : meliputi kedudukan sosial ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar.
Menurut Ishak Arep dan Tanjung (2003:93) bahwa kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbeda-beda manuju pencapaian tertentu.
Jadi kepemimpinan atau leadership ini merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (leader), yang dalam penerapannya mengandung konsekuensi terhadap diri dalam penerapannya mengandung konsekuensi terhadap diri si pemimpin, antara lain sebagai berikut :
  1. Harus berani mengambil keputusan sendiri secara tegas dan tepat (decision making
  2. Harus berani menerima resiko sendiri 
  3. Harus berani menerima tanggung jawab sendiri (The Principle of Absolutenes of Responsibility).
Gaya Kepemimpinan
Selanjutnya Ishak Arep dan Tanjung (2003:23) menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan sebagaimana telah dikemukakan diatas, yakni untuk dapat menguasai atau mempengaruhi serta memotivasi orang lain, maka dalam penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia lazimnya digunakan 4 (empat) macam gaya kepemimpinan, yaitu :
  1. Democratic Leadership adalah suatau gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan 
  2. Dictatorial atau Autocratic Leadership, yakni suatu gaya leadership yang menityikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikut-pengikutnya untuk kepentingan pribadinya dan/atau golongannya dengan kesediaan untuk menerima segala resiko apapun. 
  3. Paternalistic Leadership, yakni bentuk antara gaya pertama (democratic) dan kedua (dictatorial) diatas. Yang pada dasarnya kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsur-unsur demokratis. Sistem dapat diibaratkan diktator yang berselimutkan demokratis. 
  4. Free Rein Leadership, yakni salah satu gaya kepemimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijakan pengoperasian Manajemen Sumber Daya Manusia kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepeda ketentuan-ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka. Pimpinan disini hanya sekedar mengawasi dari atas dan menerima laporan kebijaksanaan pengoperasian yang telah dilaksanakan oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan ini terutama diterapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan bermacam-macam, misalnya tipe kharismatis, paternalistis, militeristis, otokratis, laissez faire, populistis, administratif, dan demokratis. Tipe pemimpin yang dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam What Kind of Manager  yang disunting oleh Wajosumidjo (Dept. P & K, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), yaitu:
  1. Berorientasikan tugas (task orientation
  2. Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation
  3. Berorientasikan hasil yang efektif (effective orientation
Berdasarkan ketiga orientasi tipe pemimpin tersebut maka terdapat delapan tipe kepemimpinan, yaitu :
  1. Tipe Deserter (Pembelot) Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan kekuatan, sukar diramalkan. 
  2. Tipe Birokrat Sifatnya : correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma; ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras. 
  3. Tipe Misionaris (Missionary) Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah tamah. 
  4. Tipe Developer (Pembangun) Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan. 
  5. Tipe Otokrat Sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong. Bandel. 
  6. Benevolent Autocrat (otokrat yang bijak) Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri. 
  7. Tipe Compromiser (kompromis) Sifatnya : plintat plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit. 
  8. Tipe Eksekutif Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun.

No comments:

Post a Comment