Dinamika kelompok
sebenarnya adalah bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang lebih menekankan
perhatiannya pada interaksi manusia dalam kelompok yang kecil. Pada berbagai
referensi, istilah dinamika kelompok ini disebut juga dengan proses-proses
kelompok (group processes). Jelas dari terminologi ini bahwa pengertian dari
dinamika kelompok ataupun proses kelompok ini menggambarkan semua hal atau
proses yang terjadi dalam kelompok akibat adanya interaksi individu-individu
yang ada dalam kelompok itu. Studi mengenai interaksi antar individu dalam
kelompok oleh para ahli psikologi telah dimulai sejak awal tahun 1900-an.
Kemudian oleh Kurt Lewin, seorang ahli psikologi kelahiran Polandia mulai
dikembangkan lebih dalam mengenai dinamika kelompok ini. Beliau menekankan
bahwa untuk mempelajari dan memahami tentang dinamika kelompok adalah dengan
cara menerapkannya (learning by doing).
Dinamika kelompok sosial dapat didefinisikan sebagai proses perubahan
dan perkembangan akibat adanya interaksi dan interdependensi, antara anggota
kelompok sosial kecil (pertemanan dan kekerabatan) dan kelompok sosial besar
(masyarakat desa, kota, dan bangsa). Kelompok sosial tersebut bersifat dinamis,
dalam arti selalu mengalami perkembangan dan perubahan dalam kelompok tersebut
memunculkan pengaruh terhadap kehidupan kelompok pada masa berikutnya.
H. Landis mengemukakan desa dari aspek statistik, psikologi sosial dan
ekonomi. Dari statistic, pedesaan adalah daerah dimana pergaulannya ditandai
dengan derajat intimasi/ keakrabannya yang sangat tinggi, sedangkan kota adalah
tempat dimana hubungan sesama individu sangat impersonal/ longgar. Aspek
ekonomi, pedesaan adalah daerah dimana pusat perhatian/ kepentingan adalah
pertaniandalam arti yang luas. Bintaro mendefinisikan pedesaan sebagai suatu
hasil perpaduan antara kegiatan kelompok manusia dengan lingkungan. Unsur desa
meliputi daerah, penduduk dan tata kehidupan. Ketiganya dikatakan sebagai living unit atau satu kesatuan hidup
yang tidak dapat di lepaskan satu sama lain.
1. Aspek
Dinamika Kelompok Sosial
Menurut Floyd D, dinamika kelompok merupakan analisis hubungan
kelompok-kelompok sosial di mana tingkah laku dalam kelompok adalah hasil
interaksi yang dinamis antara individu dalam situasi sosial tertentu. Kehidupan
kelompok akan ditandai dengan pembentukan struktur, norma, solidaritas, rasa
memiliki dan internalisis. Sedangkan Ruth benedic mengemukakan bahwa aspek yang
dipelajari dalam dinamika kelompok sosial adalah:
a.
Kohesi
atau persatuan
Aspek
kohesi akan Nampak jelas dari tingkah laku para anggota kelompok. Misalnya
proses pengelompokan intensitas anggota, arah pilihan, dan nilai-nilai dalam
kelompok.
b.
Motif
atau dorongan
Aspek motif
berkaitan erat dengan perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok. Seperti
kesatuan kelompok, tujuan bersama, dan orientasi diri terhadap kelompok.
c.
Struktur
Aspek
struktur yaitu bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota
dan pembagian tugas.
d.
Pimpinan
Aspek
pemimpin memiliki peran penting dalam kehidupan kelompok sosial. Terlihat jelas
bentuk kepemimpinan, tugas pemimpin, dan system kepemimpinan.
e.
Perkembangan
kelompok
Perkembangan
masyarakat yang makin lama semakin kompleks, mempengaruhi keberadan kelompok
sosial yang ada. Maka banyak pihak yang menyadari peran penting mempelajari
dinamika kelompok sosial dengan alasan:
1.)
Kelompok
sosial merupakan kesatuan sosial yang selalu ada dalam setiap masyarakat.
2.)
Dinamika
kelompok berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan masyarakat sehingga
relavan dengan kebijakanpemerintah dalam proses pembangunan daerah.
2. Faktor
Pendorong Dinamika Kelompok Sosial
a.
Faktor
Pendorong dari Luar
1.)
Perubahan
situasi sosial
Terjadinya
situasi sosial yang berubah, misalnya pembentukan kabupaten baru atau provinsi
baru dan lainnya yang dapat mendorong perkembangan kelompok sosial.
2.)
Perubahan
situasi ekonomi
Situasi
ekonomi masyarakat yang berubah, mendorong pula terjadinya perubahan dari
masyarakat perkotaan yang memiliki karakteristik yang berlainan.
3.)
Perubahan
situasi politik
Terjadi
pergantian pemegang kekuasan atau sekitar elite kekuasaan atau perubahan
kebijaksanaan penguasa dapat menyebabkan perkembangan kelompok sosial dalam
masyarakat.
b.
Faktor
Pendorong dari Dalam
1.)
Konflik
antar anggota kelompok
Konfik
yang terjadi antar anggota dalam kelompok sosial dapat membawa pengaruh
keretakan dan berubahnya pola hubungan sosial. Akibat konflik teersebut akan
menyebabkan teerpecahnya sebuah kelompok sosial.mial seseorang yang menjadi
anggota kelompok sosial, karena merasatidak cocok dengan angggota lain (in
group) maka menjadi out group dari kelompok sosial tersebut.
2.)
Perbedaan
kepentingan
Dasar
terbentuknya kelompok sosial adalah kepentingan yang sama. Begitu terjadi
perbedaan kepentingan, maka kelangsunganhidup kelompok soaial tersebut akan
teerpecah.anggota kelompok yang merasa tidak lagi sepaham berusaha memisahkan
diri dan bergabung dengan kelompok lain yang sepaham.
3.)
Perbedaan
paham
Perbedaan
paham diantara anggota kelomp-ok sosial dapat mempengaruhi kelangsungan
kelompok tersebut. Perbedaan paham tersebut akan berpengaruh terhadap keberadaan
kelompok sosial dalam mayarakat.
3. Perkembangan Berbagai Kelompok
Sosial
a.
Kelompok
Kekerabatan
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Kelompok
keluarga dapat dijumpai dalam setiap masyarakat didunia. Keluarga inti atau keluarga
batih terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga
inti berfungsi memberikan sosialisasi dan perlindungan kepada anak-anak, dan mendidik mereka sampai
mandiri. Dari keluarga inti berkembang menjadi keluarga besar ( extended
family) yang dinamakan kelompok kekerabatan. Dalam kekerabatan terdapat
hubungan darah atau persaudaraan. Kelompok tersebut menjadi awal terbentuknya
masyarakat. Pada dasarya kelompok kekerabatan merupakan masyarakat homogin yang
menganut nilai, norma ataupun tingkah laku yang relatif sama, sehingga
pembagian kerja dilakukan secara sederahana berlandaskan pada tradisi dan
perbedaan jenis kelamin. Dalam kelompok kekerabatan, nilai tradisional masih
dijunjung tinggi. Kehidupan kelompok berpusat pada tradisi kebudayaan yang
telah dipelihara secara turun temurun. Soerjono soekanto menyatakan,
kemungkinnan untuk mengubah tradisi kebudayaan yang telah dipelihara turun
temurun memang sulit. Namun, melalui inovasi secara bertahap, perubahan dalam
kelompok kekerabatan dapat terjadi meskipun dalam waktu yang cukup lama.
b.
Kelompok
Okupasional
Semula kelompok okupasional terbentuk dalam masyarakat yang bersifat
homogen. Dalam masyarakat, seseorang individu kemungkinan melakukan berbagai
pekerjaan. Spesialisasi pekerjaan yang mulai tumbuh dalam masyarakat sejalan
dengan pengaruh dunia luar dan berakibat masyarakat menjadi heterogen.
Spesialisasi pekerjaan makin berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Hal ini diimbangi dengan perkembangan lembaga pendidikan sehingga menghasilkan
orang yang ahli dalam ilmu tertentu (professional). Dalam masyarakat yang
heterogen tersebut, muncul kelompok okupasional. Kelompok okupasional merupakan
kelompok anggota masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang ahli dan dari
kalangan profesional yang memiliki etika profesi. Misal Ikatan Dokter Indonesia
(IDI), PERsatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), serikat buruh, Parfi, dan
sebagainya.
c.
Kelompok
Volunter
Berkembangnya sarana komunikasi secara luas dan cepat menyebabkan
tidak ada masyarakat yang benar-benar tertutup terhadap dunia luar.
Heterogenitas masyarakat semakin luas. Makin berkembangnya masyarakat berakibat
tidak semua kebutuhan anggota masyarakat dapat terpenuhi. Oleh karena
itu muncullah kelompok volunteer.
Kelompok volunteer terdiri atas individu yang
memiliki kepentingan yang sama, tetapi tadak mendapat perhatian dari masyarakat
yang semakin luas daya jangkauannya. Kelompok volunter berusaha memenuhi
kebutuhan anggotanya secara mandiri tanpa mengganggu kepentingan masyarakat
umum. Kelompok volunter dapat berkembang menjadi kelompok yang mantap karena
diakui keberadaannya oleh masyarakat umum. Missal lembaga pemantau pemilu di
Indonesia, lembaga quick count pemilu, dan sebagainya.
d.
Masyarakat
Perdesaan
(1.) Pengertian
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang sebagian
besar/keseluruhan aktivitasnya berkaitan erat dengan tradisi, baik yang
berkaitan dengan religi maupun nonreligi. Masyarakat tradisional pada umumnya
hidup di perdesaan, sehingga dapat diidentikkan dengan masyarakat perdesaan.
H. Landis mengemukan desa dari aspek statistic, psikologi sosial, dan
ekonomi. Dari statistic, perdesan adalah tempat dengan penduduk kurang dari
2.500 orang. Psikologi sosial, perdesaan adalah daerah di mana pergaulannya
ditandai dengan derajat intemasi/ keakrabannya yang sangat tinggi. Sedangkan
kota adalah tempat di mana hubungan sesame individu sangat impersonal/longer.
Aspek ekonomi, perdesaan adalah daerah di mana pusat perhatian/ kepentingan
adalah pertanian dalam arti yang luas.
Bintarto mendefinisikan perdesaan sebagai suatu hasil perpaduan antara
kegiatan kelompok manusia dengan lingkungan. Hasil dari perpaduan berupa bentuk
di muka bumi yang di timbulkan oleh unsure fisiografi, sosial dan ekonomi,
politik dan cultural yang saling berinteraksi antarunsur serta dalam hubungan
dengan daerah lain. Unsur desa meliputi daerah, penduduk, dan tata kehidupan.
Ketiganya dikatakan sebagai living unit atau satu kesatuan hidup yang tidak
dapat dilepaskan satu sama lain.
(2.) Ciri masyarakat desa
Menurut
Redfield, cirri masyarakat pra industry atau primitive meliputi berikut:
a)
Agak
rendah perkembangan pengetahuan dan teknologinya.
b)
Komunitasnya
kecil (sampai ratusan jiwa).
c)
Belum
banyak mengenal pembagiaan kerja dan spesialisasi.
d)
Masih
tidak banyak deferensiasi kemasyarakatan.
e)
Tidak
ada heterogenitas kebudayaan.
f)
Terdapat
cirri orde moral yaitu prinsip hidup yang mengikat.
Sedangkan ciri masyarakat desa di Indonesia
meliputi berikut.
a)
Berkaitan
dengan tradisi masyarakat
b)
Memiliki
rangkaian sistem teknologi yang sederhana.
c)
Bersifat
tetap/tidak banyak mengalami perubahan.
d)
Memiliki
sifat sederhana dan daya pakai serta produktivitas yang relatif rendah.
e)
Dalam
beberapa hal memiliki sifat rasional.
f)
Tingkat
buta huruf relatif tinggi.
g)
Hukum
yang berlaku tidak tertulis, tidak kompleks.
h)
Ekonomi
produksi untuk keperluan keluarga.
(3.) Dinamika dalam Masyarakat Pedesaan
Secara sosiologis, mentalitas individu dominan dibentuk oleh situasi
tata pergaulan dalam masyarakat, termasuk di dalamnya tekanan hidup. Masyarakat
tradisional yang tinggal di desa pada umumnya masih lugu, polos, jujur, lemah
dan pamrih, semangat solidaritas tinggi dan murni. Adapun faktor
yang mempengaruhi mentalitas tersebut adalah sbb.
a)
Tekanan
hidup terasa lebih ringan.
b)
Masih
memiliki waktu yang cukup dan seimbang antara rohaniah dengan keduniawian.
c)
Letaknya di pedalaman berakibat belum banyak dicemari
pengaruh media masa.
d)
Kehidupan
paguyuban menjadikan warga saling mengenal dan akrab.
Masyarakat perdesaan atau rural community
merupakan masyarakat yang pada umumnya memiliki mata pencaharian bertani,
berkebun, berladang. System kehidupan biasanya berkelompok atas dasar
kekeluargaan dan mempunyai hubungan yang erat serta
mendalam di antara anggotanya.
Cara bertani masih dilakukan dengan
tradisional dan tidak efisien karena belum dikenal mekanisasi dalam pertanian.
Kegiatan bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau
masyarakatnya sendiri, bukan untuk dijual.
Ditinjau dari aspek kepemimpinan, hubungan
antara pemimpin dan rakyat berlangsung secara informal. Seorang pimpinan
memiliki beberapa kedudukan dan peranan yang sulit dipisahkan, sehingga segala
sesuatu dipusatkan pada seorang kepala desa.
Perubahan pada masyarakat pedesaan sulit
dilakukan karena pola piker masyarakat (terutama generasi tua) masih didasarkan
pada tradisi. Disamping itu juga kurang meratanya proses pembangunan dan
informasi sehingga menimbulkan kondisi ang kontras antara masyarakat perdesaan
dengan masyarakat perkotaan.
Dengan berkembangnya iptek, informasi melalui
media masa mulai masuk ke masyarakat perdesaan. Hal ini berakibat perubahan
karakter/watak, bahkan menghilangkan karakter masyarakat perdesaan. Meskipun
pengaruh media masa tidak selalu negatif.
Di Indonesia, desa memiliki peran penting,
mengingat mayoritas penduduk tinggal di perdesaan. Menurut bintarto, desa
memiliki fungsi berikut.
a)
Hinterland
atau daerah dukung yang berperan sebagau daerah pemberi makanan pokok yang
tidak dapat dihasilkan kota.
b)
Dari
sudut ekonomi, berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga
kerja (man power).
c)
Dari
segi kegiatan/okupasi, desa merupakan desa agraris, manufaktur, industry, dan
sebagainya.
Masyarakat perdesan memiliki keyakinan yang
mendalam terhadap norma sosial, sehingga mereka memiliki sifat sulit berubah. Hal
ini menguntungkan dalam pembakuan akhlak dan budi perkerti, namum merugikan
dalam perkembangan iptek. Kepatuhan warga bukan karena takut terhadap sanksi
sosial, melainkan keyakinan mendalam akan kebenaran nilai sosial dalam norma.
Factor yang mendukung kepatuhan murni yaitu :
a)
Kehidupan
rohani lebih tebal dan berkembang lebih subur.
b)
Tuntutan
hidup relative ringan.
c)
Letaknya
yang terpencil dan komunikasi tertutup menghambat masuknya pengaruh negative.
d)
Jumlah
penduduk relative sedikit dan saling mengenal.
e.
Mayarakat
Perkotaan
(1.) Pengertian
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya
memiliki orientasi budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa
kini. Masyarakat perkotaan merupakan sekelompok orang yang hidup bersama pada suatu
wilayah tertentu yang menjadi suatu pusat politik pemerintahan dan atau
industri, perdagangan, kebudayaan dengan memperlihatkan sifat atau ciri corak
pergaulan dan tata kehidupan yang berbeda dengan masyarakat desa. Sedangkan
secara sosiologis, pengertian kota terletak pada sifat dan cirri kehidupan dan
bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk di suatu wilayah perkotaan. Di
berbagai Negara berkembang, seperti Indonesia, masyarakat modern disebut juga
masyarakat kota.
(2.) Ciri masyarakat Modern/Kota
Selo Soemardjan mengemukakan sbb :
a)
Hubungan
antar manusia di dasarkan atas kepentingan pribadi.
b)
Hubungan
dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dan saling memengaruhi.
c)
Percaya
pada fungsi iptek untuk meningkatkan kesejahteraan.
d)
Masyarakat
tergolong menurut bermacam-macam profesi dan keahlian.
e)
Tingkat
pendidikan formal merata dan tinggi.
f)
Hokum
tertulis yang sangat kompleks.
g)
Dominan
ekonomi pasar berdasarkan penggunaan uang.
Soerjono Soekanto mengemukakan ciri manusia
modern adalah sebagai berikut.
a)
Orang
yang bersikap terbuka terhadappengalaman dan penemuan baru (tidak ada
prasangka).
b)
Siap
untuk menerima perubahan setelah menilai kekurangan yang dihadapinya.
c)
Peka
terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya.
d)
Memiliki
informasi yang lengkap mengenai pendiriannya.
e)
Lebih
banyak berorientasi ke masa kini dan mendatang.
f)
Senantiasa
menyadari potensi yang ada pada dirinya dan yakin dapat dikembangkan.
g)
Tidak
pasrah pada nasib.
h)
Percaya
pada manfaat iptek.
i)
Menyadari
dan menghormati hak, kewajiban, dan kehormatan orang pihak lain.
(3.) Dinamika Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan atau urban community merupakan kelompok social
yang mendiami wilayah yang luas, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
disektor industry, jasa, dan perdagangan. Keanggotaan masyarakat kota tidak
saling mengenal, lebih terikat kontrak dan mulai meninggalkan tradisi. Kehidupan
kota yang sangat kompetitif dan selektif dapat meruntuhkan kesetiakawanan,
silidaritas social yang dapat menggeser nilai social dalam masyarakat. Agak
rendahnya mentalitas masyarakat perkotaan disebabkan oleh berikut.
a)
Tekanan
hidup yang keras, di mana kehidupan makin kompetitif.
b)
Kemajuan
iptek menghasilkan barang yang serba menarik dan mendorong untuk memilikinya.
c)
Kehidupan
banyak kegiatan dan kesibukan, sehingga orang tidak ramah, masa bodoh dan
egoistis.
d)
Jumplah
penduduk yang besar membuat hidup sulit, sehingga muncul perbuatan curang.
Mentalitas masyarakat perkotaan
dapat dilihat dari ciri-ciri
struktur sosialnya yaitu sbb :
a)
Heterogenitas
social dalam berbagai aspek kehidupan.
b)
Hubungan
antar penduduk bersifat sekunder/pengenalan serba terbatas pada kehidupan
tertentu.
c)
Pengawasan
sekunder, di mana secara fisik berdekatan, namun secara social berjauhan.
d)
Mobilitas
sosial sangat tinggi dan didasarkan pada profesi.
e)
Ikatan
perkumpulan bersifat sukarela.
f)
Individualism,
sebaiknya gotong royong melemah.
Mentalitas masyarakat modern berorientasi pada
system nilai budaya yang didasarkan alam pikiran dan alam jiwa yang rasional.
Cirri system nilai budaya ini diantaranya : sikap menghargai karya orang lain,
menghargai waktu, menghargai mutu, berfikir kreatif, efisien dan produktif,
percaya pada diri sendiri, berdisiplin dan bertanggungjawab. Berkebalikan
dengan masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan memiliki tatanan nilsi yang
heterogen. Masyarakat kota terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, adat
istiadat, menjalankan fungsi pusat administratif dan pusat komersial, bahkan
pusat konsentrasi kegiatan yang menjadi indikator modernisasi. Hal ini
menyebabkan kota menjadi daya tarik bagi masyarakat desa untuk melakukan
urbanisasi.
Faktor penyebab dinamika sosial dalam
masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut.
a)
Faktor
pendidikan.
b)
Faktor
urbanisasi.
c)
Faktor
komunikasi.
d)
Industrialisasi
dan mekanisasi.
e)
Ekonomi.
f)
Sosial.
g)
Politik.
h)
Budaya.
Dampak dari dinamika masyarakat perkotaan
adalah sebagai berikut :
Dampak positif
a)
Tingkat
pendidikan lebih merata.
b)
Komunikasi
dan informasi lebih cepat dan mudah.
c)
Profesionalitas
lebih terjaga.
d)
Pembangunan
dalam berbagai bidang lebih terjamin.
Dampak negative
a)
Munculnya
sikap individualitas.
b)
Memudarnya
nilai kebersamaan.
c)
Munculnya
sikap kurang mempercayai pihak lain.
d)
Memudarnya
perhatian terhadap budaya lokal dan budaya nasional, terutama di kalanan
generasi muda.
No comments:
Post a Comment