Friday, May 10, 2019

Definisi Dinamika Kelompok Sosial (Ruang Lingkup Psikologi Sosial)


Dinamika kelompok sebenarnya adalah bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang lebih menekankan perhatiannya pada interaksi manusia dalam kelompok yang kecil. Pada berbagai referensi, istilah dinamika kelompok ini disebut juga dengan proses-proses kelompok (group processes). Jelas dari terminologi ini bahwa pengertian dari dinamika kelompok ataupun proses kelompok ini menggambarkan semua hal atau proses yang terjadi dalam kelompok akibat adanya interaksi individu-individu yang ada dalam kelompok itu. Studi mengenai interaksi antar individu dalam kelompok oleh para ahli psikologi telah dimulai sejak awal tahun 1900-an. Kemudian oleh Kurt Lewin, seorang ahli psikologi kelahiran Polandia mulai dikembangkan lebih dalam mengenai dinamika kelompok ini. Beliau menekankan bahwa untuk mempelajari dan memahami tentang dinamika kelompok adalah dengan cara menerapkannya (learning by doing).
Dinamika kelompok sosial dapat didefinisikan sebagai proses perubahan dan perkembangan akibat adanya interaksi dan interdependensi, antara anggota kelompok sosial kecil (pertemanan dan kekerabatan) dan kelompok sosial besar (masyarakat desa, kota, dan bangsa). Kelompok sosial tersebut bersifat dinamis, dalam arti selalu mengalami perkembangan dan perubahan dalam kelompok tersebut memunculkan pengaruh terhadap kehidupan kelompok pada masa berikutnya.
H. Landis mengemukakan desa dari aspek statistik, psikologi sosial dan ekonomi. Dari statistic, pedesaan adalah daerah dimana pergaulannya ditandai dengan derajat intimasi/ keakrabannya yang sangat tinggi, sedangkan kota adalah tempat dimana hubungan sesama individu sangat impersonal/ longgar. Aspek ekonomi, pedesaan adalah daerah dimana pusat perhatian/ kepentingan adalah pertaniandalam arti yang luas. Bintaro mendefinisikan pedesaan sebagai suatu hasil perpaduan antara kegiatan kelompok manusia dengan lingkungan. Unsur desa meliputi daerah, penduduk dan tata kehidupan. Ketiganya dikatakan sebagai living unit atau satu kesatuan hidup yang tidak dapat di lepaskan satu sama lain.

1.      Aspek Dinamika Kelompok Sosial
Menurut Floyd D, dinamika kelompok merupakan analisis hubungan kelompok-kelompok sosial di mana tingkah laku dalam kelompok adalah hasil interaksi yang dinamis antara individu dalam situasi sosial tertentu. Kehidupan kelompok akan ditandai dengan pembentukan struktur, norma, solidaritas, rasa memiliki dan internalisis. Sedangkan Ruth benedic mengemukakan bahwa aspek yang dipelajari dalam dinamika kelompok sosial adalah:
a.       Kohesi atau persatuan
Aspek kohesi akan Nampak jelas dari tingkah laku para anggota kelompok. Misalnya proses pengelompokan intensitas anggota, arah pilihan, dan nilai-nilai dalam kelompok.
b.      Motif atau dorongan
Aspek motif berkaitan erat dengan perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok. Seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, dan orientasi diri terhadap kelompok.
c.       Struktur
Aspek struktur yaitu bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antaranggota dan pembagian tugas.
d.      Pimpinan
Aspek pemimpin memiliki peran penting dalam kehidupan kelompok sosial. Terlihat jelas bentuk kepemimpinan, tugas pemimpin, dan system kepemimpinan.
e.       Perkembangan kelompok
Perkembangan masyarakat yang makin lama semakin kompleks, mempengaruhi keberadan kelompok sosial yang ada. Maka banyak pihak yang menyadari peran penting mempelajari dinamika kelompok sosial dengan alasan:
1.)    Kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang selalu ada dalam setiap masyarakat.
2.)    Dinamika kelompok berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan masyarakat sehingga relavan dengan kebijakanpemerintah dalam proses pembangunan daerah.
2.      Faktor Pendorong Dinamika Kelompok Sosial
a.       Faktor Pendorong dari Luar
1.)    Perubahan situasi sosial
Terjadinya situasi sosial yang berubah, misalnya pembentukan kabupaten baru atau provinsi baru dan lainnya yang dapat mendorong perkembangan kelompok sosial.
2.)    Perubahan situasi ekonomi
Situasi ekonomi masyarakat yang berubah, mendorong pula terjadinya perubahan dari masyarakat perkotaan yang memiliki karakteristik yang berlainan.
3.)    Perubahan situasi politik
Terjadi pergantian pemegang kekuasan atau sekitar elite kekuasaan atau perubahan kebijaksanaan penguasa dapat menyebabkan perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat.
b.      Faktor Pendorong dari Dalam
1.)    Konflik antar anggota kelompok
Konfik yang terjadi antar anggota dalam kelompok sosial dapat membawa pengaruh keretakan dan berubahnya pola hubungan sosial. Akibat konflik teersebut akan menyebabkan teerpecahnya sebuah kelompok sosial.mial seseorang yang menjadi anggota kelompok sosial, karena merasatidak cocok dengan angggota lain (in group) maka menjadi out group dari kelompok sosial tersebut.
2.)    Perbedaan kepentingan
Dasar terbentuknya kelompok sosial adalah kepentingan yang sama. Begitu terjadi perbedaan kepentingan, maka kelangsunganhidup kelompok soaial tersebut akan teerpecah.anggota kelompok yang merasa tidak lagi sepaham berusaha memisahkan diri dan bergabung dengan kelompok lain yang sepaham.
3.)    Perbedaan paham
Perbedaan paham diantara anggota kelomp-ok sosial dapat mempengaruhi kelangsungan kelompok tersebut. Perbedaan paham tersebut akan berpengaruh terhadap keberadaan kelompok sosial dalam mayarakat.
3.      Perkembangan Berbagai Kelompok Sosial
a.       Kelompok Kekerabatan
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Kelompok keluarga dapat dijumpai dalam setiap masyarakat didunia. Keluarga inti atau keluarga batih terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga inti berfungsi memberikan sosialisasi dan perlindungan  kepada anak-anak, dan mendidik mereka sampai mandiri. Dari keluarga inti berkembang menjadi keluarga besar ( extended family) yang dinamakan kelompok kekerabatan. Dalam kekerabatan terdapat hubungan darah atau persaudaraan. Kelompok tersebut menjadi awal terbentuknya masyarakat. Pada dasarya kelompok kekerabatan merupakan masyarakat homogin yang menganut nilai, norma ataupun tingkah laku yang relatif sama, sehingga pembagian kerja dilakukan secara sederahana berlandaskan pada tradisi dan perbedaan jenis kelamin. Dalam kelompok kekerabatan, nilai tradisional masih dijunjung tinggi. Kehidupan kelompok berpusat pada tradisi kebudayaan yang telah dipelihara secara turun temurun. Soerjono soekanto menyatakan, kemungkinnan untuk mengubah tradisi kebudayaan yang telah dipelihara turun temurun memang sulit. Namun, melalui inovasi secara bertahap, perubahan dalam kelompok kekerabatan dapat terjadi meskipun dalam waktu yang cukup lama.
b.      Kelompok Okupasional
Semula kelompok okupasional terbentuk dalam masyarakat yang bersifat homogen. Dalam masyarakat, seseorang individu kemungkinan melakukan berbagai pekerjaan. Spesialisasi pekerjaan yang mulai tumbuh dalam masyarakat sejalan dengan pengaruh dunia luar dan berakibat masyarakat menjadi heterogen. Spesialisasi pekerjaan makin berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Hal ini diimbangi dengan perkembangan lembaga pendidikan sehingga menghasilkan orang yang ahli dalam ilmu tertentu (professional). Dalam masyarakat yang heterogen tersebut, muncul kelompok okupasional. Kelompok okupasional merupakan kelompok anggota masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang ahli dan dari kalangan profesional yang memiliki etika profesi. Misal Ikatan Dokter Indonesia (IDI), PERsatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), serikat buruh, Parfi, dan sebagainya.
c.       Kelompok Volunter
Berkembangnya sarana komunikasi secara luas dan cepat menyebabkan tidak ada masyarakat yang benar-benar tertutup terhadap dunia luar. Heterogenitas masyarakat semakin luas. Makin berkembangnya masyarakat berakibat tidak semua kebutuhan anggota masyarakat dapat terpenuhi. Oleh karena itu muncullah kelompok volunteer. Kelompok volunteer terdiri atas individu yang memiliki kepentingan yang sama, tetapi tadak mendapat perhatian dari masyarakat yang semakin luas daya jangkauannya. Kelompok volunter berusaha memenuhi kebutuhan anggotanya secara mandiri tanpa mengganggu kepentingan masyarakat umum. Kelompok volunter dapat berkembang menjadi kelompok yang mantap karena diakui keberadaannya oleh masyarakat umum. Missal lembaga pemantau pemilu di Indonesia, lembaga quick count pemilu, dan sebagainya.
d.      Masyarakat Perdesaan
(1.) Pengertian
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang sebagian besar/keseluruhan aktivitasnya berkaitan erat dengan tradisi, baik yang berkaitan dengan religi maupun nonreligi. Masyarakat tradisional pada umumnya hidup di perdesaan, sehingga dapat diidentikkan dengan masyarakat perdesaan.
H. Landis mengemukan desa dari aspek statistic, psikologi sosial, dan ekonomi. Dari statistic, perdesan adalah tempat dengan penduduk kurang dari 2.500 orang. Psikologi sosial, perdesaan adalah daerah di mana pergaulannya ditandai dengan derajat intemasi/ keakrabannya yang sangat tinggi. Sedangkan kota adalah tempat di mana hubungan sesame individu sangat impersonal/longer. Aspek ekonomi, perdesaan adalah daerah di mana pusat perhatian/ kepentingan adalah pertanian dalam arti yang luas.
Bintarto mendefinisikan perdesaan sebagai suatu hasil perpaduan antara kegiatan kelompok manusia dengan lingkungan. Hasil dari perpaduan berupa bentuk di muka bumi yang di timbulkan oleh unsure fisiografi, sosial dan ekonomi, politik dan cultural yang saling berinteraksi antarunsur serta dalam hubungan dengan daerah lain. Unsur desa meliputi daerah, penduduk, dan tata kehidupan. Ketiganya dikatakan sebagai living unit atau satu kesatuan hidup yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain.
(2.) Ciri masyarakat desa
Menurut Redfield, cirri masyarakat pra industry atau primitive meliputi berikut:
a)      Agak rendah perkembangan pengetahuan dan teknologinya.
b)      Komunitasnya kecil (sampai ratusan jiwa).
c)      Belum banyak mengenal pembagiaan kerja dan spesialisasi.
d)     Masih tidak banyak deferensiasi kemasyarakatan.
e)      Tidak ada heterogenitas kebudayaan.
f)       Terdapat cirri orde moral yaitu prinsip hidup yang mengikat.
Sedangkan ciri masyarakat desa di Indonesia meliputi berikut.
a)      Berkaitan dengan tradisi masyarakat
b)      Memiliki rangkaian sistem teknologi yang sederhana.
c)      Bersifat tetap/tidak banyak mengalami perubahan.
d)     Memiliki sifat sederhana dan daya pakai serta produktivitas yang relatif  rendah.
e)      Dalam beberapa hal memiliki sifat rasional.
f)       Tingkat buta huruf relatif tinggi.
g)      Hukum yang berlaku tidak tertulis, tidak kompleks.
h)      Ekonomi produksi untuk keperluan keluarga.
(3.) Dinamika dalam Masyarakat Pedesaan
Secara sosiologis, mentalitas individu dominan dibentuk oleh situasi tata pergaulan dalam masyarakat, termasuk di dalamnya tekanan hidup. Masyarakat tradisional yang tinggal di desa pada umumnya masih lugu, polos, jujur, lemah dan pamrih, semangat solidaritas tinggi dan murni. Adapun faktor yang mempengaruhi mentalitas tersebut adalah sbb.
a)      Tekanan hidup terasa lebih ringan.
b)      Masih memiliki waktu yang cukup dan seimbang antara rohaniah dengan keduniawian.
c)      Letaknya di pedalaman berakibat belum banyak dicemari pengaruh media masa.
d)     Kehidupan paguyuban menjadikan warga saling mengenal dan akrab.
Masyarakat perdesaan atau rural community merupakan masyarakat yang pada umumnya memiliki mata pencaharian bertani, berkebun, berladang. System kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan dan mempunyai hubungan yang erat serta mendalam di antara anggotanya. Cara bertani masih dilakukan dengan tradisional dan tidak efisien karena belum dikenal mekanisasi dalam pertanian. Kegiatan bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau masyarakatnya sendiri, bukan untuk dijual.
Ditinjau dari aspek kepemimpinan, hubungan antara pemimpin dan rakyat berlangsung secara informal. Seorang pimpinan memiliki beberapa kedudukan dan peranan yang sulit dipisahkan, sehingga segala sesuatu dipusatkan pada seorang kepala desa. Perubahan pada masyarakat pedesaan sulit dilakukan karena pola piker masyarakat (terutama generasi tua) masih didasarkan pada tradisi. Disamping itu juga kurang meratanya proses pembangunan dan informasi sehingga menimbulkan kondisi ang kontras antara masyarakat perdesaan dengan masyarakat perkotaan.
Dengan berkembangnya iptek, informasi melalui media masa mulai masuk ke masyarakat perdesaan. Hal ini berakibat perubahan karakter/watak, bahkan menghilangkan karakter masyarakat perdesaan. Meskipun pengaruh media masa tidak selalu negatif. Di Indonesia, desa memiliki peran penting, mengingat mayoritas penduduk tinggal di perdesaan. Menurut bintarto, desa memiliki fungsi berikut.
a)      Hinterland atau daerah dukung yang berperan sebagau daerah pemberi makanan pokok yang tidak dapat dihasilkan kota.
b)      Dari sudut ekonomi, berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power).
c)      Dari segi kegiatan/okupasi, desa merupakan desa agraris, manufaktur, industry, dan sebagainya.
Masyarakat perdesan memiliki keyakinan yang mendalam terhadap norma sosial, sehingga mereka memiliki sifat sulit berubah. Hal ini menguntungkan dalam pembakuan akhlak dan budi perkerti, namum merugikan dalam perkembangan iptek. Kepatuhan warga bukan karena takut terhadap sanksi sosial, melainkan keyakinan mendalam akan kebenaran nilai sosial dalam norma. Factor yang mendukung kepatuhan murni yaitu :
a)      Kehidupan rohani lebih tebal dan berkembang lebih subur.
b)      Tuntutan hidup relative ringan.
c)      Letaknya yang terpencil dan komunikasi tertutup menghambat masuknya pengaruh negative.
d)     Jumlah penduduk relative sedikit dan saling mengenal.
e.       Mayarakat Perkotaan
(1.) Pengertian
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya memiliki orientasi budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Masyarakat perkotaan merupakan sekelompok orang yang hidup bersama pada suatu wilayah tertentu yang menjadi suatu pusat politik pemerintahan dan atau industri, perdagangan, kebudayaan dengan memperlihatkan sifat atau ciri corak pergaulan dan tata kehidupan yang berbeda dengan masyarakat desa. Sedangkan secara sosiologis, pengertian kota terletak pada sifat dan cirri kehidupan dan bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk di suatu wilayah perkotaan. Di berbagai Negara berkembang, seperti Indonesia, masyarakat modern disebut juga masyarakat kota.
(2.) Ciri masyarakat Modern/Kota
Selo Soemardjan mengemukakan sbb :
a)      Hubungan antar manusia di dasarkan atas kepentingan pribadi.
b)      Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dan saling memengaruhi.
c)      Percaya pada fungsi iptek untuk meningkatkan kesejahteraan.
d)     Masyarakat tergolong menurut bermacam-macam profesi dan keahlian.
e)      Tingkat pendidikan formal merata dan tinggi.
f)       Hokum tertulis yang sangat kompleks.
g)      Dominan ekonomi pasar berdasarkan penggunaan uang.
Soerjono Soekanto mengemukakan ciri manusia modern adalah sebagai berikut.
a)      Orang yang bersikap terbuka terhadappengalaman dan penemuan baru (tidak ada prasangka).
b)      Siap untuk menerima perubahan setelah menilai kekurangan yang dihadapinya.
c)      Peka terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya.
d)     Memiliki informasi yang lengkap mengenai pendiriannya.
e)      Lebih banyak berorientasi ke masa kini dan mendatang.
f)       Senantiasa menyadari potensi yang ada pada dirinya dan yakin dapat dikembangkan.
g)      Tidak pasrah pada nasib.
h)      Percaya pada manfaat iptek.
i)        Menyadari dan menghormati hak, kewajiban, dan kehormatan orang pihak lain.
(3.) Dinamika Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan atau urban community merupakan kelompok social yang mendiami wilayah yang luas, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian disektor industry, jasa, dan perdagangan. Keanggotaan masyarakat kota tidak saling mengenal, lebih terikat kontrak dan mulai meninggalkan tradisi. Kehidupan kota yang sangat kompetitif dan selektif dapat meruntuhkan kesetiakawanan, silidaritas social yang dapat menggeser nilai social dalam masyarakat. Agak rendahnya mentalitas masyarakat perkotaan disebabkan oleh berikut.
a)      Tekanan hidup yang keras, di mana kehidupan makin kompetitif.
b)      Kemajuan iptek menghasilkan barang yang serba menarik dan mendorong untuk memilikinya.
c)      Kehidupan banyak kegiatan dan kesibukan, sehingga orang tidak ramah, masa bodoh dan egoistis.
d)     Jumplah penduduk yang besar membuat hidup sulit, sehingga muncul perbuatan curang.
Mentalitas masyarakat perkotaan dapat dilihat dari ciri-ciri struktur sosialnya yaitu sbb :
a)      Heterogenitas social dalam berbagai aspek kehidupan.
b)      Hubungan antar penduduk bersifat sekunder/pengenalan serba terbatas pada kehidupan tertentu.
c)      Pengawasan sekunder, di mana secara fisik berdekatan, namun secara social berjauhan.
d)     Mobilitas sosial sangat tinggi dan didasarkan pada profesi.
e)      Ikatan perkumpulan bersifat sukarela.
f)       Individualism, sebaiknya gotong royong melemah.

Mentalitas masyarakat modern berorientasi pada system nilai budaya yang didasarkan alam pikiran dan alam jiwa yang rasional. Cirri system nilai budaya ini diantaranya : sikap menghargai karya orang lain, menghargai waktu, menghargai mutu, berfikir kreatif, efisien dan produktif, percaya pada diri sendiri, berdisiplin dan bertanggungjawab. Berkebalikan dengan masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan memiliki tatanan nilsi yang heterogen. Masyarakat kota terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, adat istiadat, menjalankan fungsi pusat administratif dan pusat komersial, bahkan pusat konsentrasi kegiatan yang menjadi indikator modernisasi. Hal ini menyebabkan kota menjadi daya tarik bagi masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi.
Faktor penyebab dinamika sosial dalam masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut.
a)      Faktor pendidikan.
b)      Faktor urbanisasi.
c)      Faktor komunikasi.
d)     Industrialisasi dan mekanisasi.
e)      Ekonomi.
f)       Sosial.
g)      Politik.
h)      Budaya.
Dampak dari dinamika masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut :
Dampak positif
a)      Tingkat pendidikan lebih merata.
b)      Komunikasi dan informasi lebih cepat dan mudah.
c)      Profesionalitas lebih terjaga.
d)     Pembangunan dalam berbagai bidang lebih terjamin.
Dampak negative
a)      Munculnya sikap individualitas.
b)      Memudarnya nilai kebersamaan.
c)      Munculnya sikap kurang mempercayai pihak lain.
d)     Memudarnya perhatian terhadap budaya lokal dan budaya nasional, terutama di kalanan generasi muda.

No comments:

Post a Comment