Kepemimpinan
Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari
seseorang (yaitu memimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain
(yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut
bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Pengertian
kepemimpinan (dalam Wahjosumidjo), di antaranya adalah:
a.
Menurut George P. Terry “ Leadership is the activity of influencing exercised
to strive willingly for group objective”. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam
mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan
kelompok.
b.
Menurut Robert Tennenbaum, Irving R.Wischler, dan Fred Massarik “Leadership as
interpersonal influence exercised in a situasion and directed, through the
communication process, towardthe attainment of a specialized goal or goals”.
Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan
diarahkan melalui proses komunikasi kea rah tercapainya suatu tujuan ataupun
tujuan tujuan yang telah ditetapkan.
c.
Pengertian lain dari Harold Koontz and Cyril O’Donnell” Leadership is
influencing people to follow in the achievement of a common goal”. Kepemimpinan
adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.
Dari
tiga pengertian tersebut di atas, bahwa kepemimpinan itu adalah upaya untuk
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan, baik tujuan
tersebut telah ditetapkan atau tujuan lain yang lebih luas. Upaya tersebut
lebih bersifat hubungan antar pribadi.
2.
Fungsi Pemimpin banyak dan bervariasi, Ravin dan Rubin menyebutkan ada 4 fungsi
pemimpin, yaitu:
a.
Membantu menetapkan tujuan kelompok.
b.
Memelihara kelompok.
c.
Memberi symbol untuk identifikasi.
d.
Mewakili kelompok terhadap kelompok lain.
Menurut
Krech, Chutchfield, dan Ballachey, menyebutkan fungsi pemimpin lebih kompleks,
yaitu:
a.
Pemimpin sebagai eksekutif
b.
Pemimpin sebagai perencana
c.
Pemimpin sebagai pembuatan kebijakan (Policy maker)
d.
Pemimpin sebagai seorang ahli (Expert)
e.
Pemimpin sebagai mewakili kelompok untuk hubungan keluar.
f.
Pemimpin sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok.
g.
Pemimpin sebagai orang yang memberikan hadiah dan hukuman.
h.
Pemimpin sebagai wasit (Pelerai) dan perantara.
i.
Pemimpin sebagai contoh (teladan)
j.
Pemimpin sebagai symbol dari kelompok
k.
Pemimpin sebagai pengganti tanggung jawab individual.
l.
Pemimpin sebagai ideologist
m.
Pemimpin sebagai figure ayah
n.
Pemimpin sebagai tempat menampakan segala kesalahan (scapegoat/ kambing hitam).
3.
Faktor yang menentukan seseorang menjadi pemimpin
Ada
beberapa faktor yang menjadikan seseorang menjadi pemimpin. Masing masing
berbeda bergantung pada karakteristik kelompok yang dipimpinnya, dan tujuan
kelompok itu sendiri. Secara garis besar menurut William Foote Whyte, ada 4
faktor yang menentukan seseorang menjadi pemimpin, yaitu:
a.
Operational leadership; yaitu orang yang paling banyak inisiatif, menarik,
dinamis, menunjukan pengabdian yang tulus, menunjukan prestasi kerja dalam
kelompoknya.
b.
Popularity; yaitu orang yang paling
banyak dikenal mempunyai kesempatan untuk menjadi pimpinan.
c.
The assumed representative; yaitu orang yang dapat mewakili kelompoknya
mempunyai kesempatan besar untuk menjadi pimpinan.
d.
The prominent talent; yaitu orang yang mempuyai bakat kecakapan yang menonjol
dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin.
Selain
itu Wiyono Hadikusumo (dalam Siti Partini) menyatakan bahwa selain bekal
pengetahuan yang cukup dan keahlian khusus sesuai dengan bidangnya, paling
tidak ada 5 unsur yang harus dipenuhhi untuk seseorang dapat menjadi pemimpin,
yaitu:
a.
Psychology knowledge
b.
Self knowledge
c.
Human relations
d.
Ability to apply knowledge
e.
Personality cultivation.
4.
Sifat –sifat Kepemimpinan
Sifat
sifat kepemimpinan bergantung pada pendekatan kepemimpinan yang diacu dan jenis
kepemimpinan yang diikuti. Pada pendekatan trait, sifat-sifat yang diharapkan
dari pemimpin di antaranya adalah (a) intelegensi; (b) dominasi; (c)
kepercayaan diri; (d) energy-aktivitas; (e) pengetahuan terhadap tugas. (Bagus
Riyono, Emi Zulaifah)
Pada
pendekatan perilaku, sifat yang penting adalah berfungsi tidaknya kelompok
tersebut. Berfungsi kelompok tersebut bergantung pada hubungan antara
manusianya dan hubungan dengan pekerjaannya.
Pada
pendekatan situasional, sifat kepemimpinan sangat bergantung pada tingkat
aspirasi dan orientasi kelompok tersebut. Ki Hajar Dewantoro menyebutkanbahwa
sifat kepemimpinan adalah ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan
tut wuri handayani. Sejalan dengan ini Stephen R. Covey menyatakan sifat dan
peran pemimpin adalah (a)Pathfinding:perintis jalan; (b) Aligning: penyelaras
langkah (c) Empowerment: pemberdayaan anak buah; dan (d) Modelling: menjadi
suri tauladan.
Pada
kepemimpinan transpormasional, sifat sifat kepemimpinan yang tampak di
antaranya adalah (a) Kharisma; (b) inspirasional; (c) perhatian kepada anak
buah yang bersifat individu (individualized consideration); dan (d) kemampuan
member stimulasi intelektual (intellectual stimulation)
5.
Klasifikasi Kepemimpinan
Banyak
sudut pandang dalam mengklasifikasi kepemimpinan. Secara garis besar palimg
tidak ada 5 macam kepemimpinan, yaitu:
1.
Kepemimpinan otoriter
Pemimpin
ini menentukan segala-galanya. Semua aktivitas kelompok dijalankan atas
instruksi pemimpin. Pemimpin mengatur dan mendikte anggotanya. Anggota tidak
pernah diberi tahu tentang rencana rencana yang akan dijalankan oleh kelompok.
Pemimpin
yang otoriter memilki kekuatan yang absolute berbeda dengan pemimpin yang
demokratik. Pemimpin otoriter menentukan kebijaksanaan kelompok, ia sendiri
yang membuat sebagian besar perencanaan, ia sendirilah yang secara penuh
menentukan kegiatan kelompok, membuat keputusan atas hadiah dan hukuman bagi
anggota. Oleh karena itu nasib setiap individu di dalam kelompok berada
ditangan pemimpin.
Kepemimpinan
otoriter akan dirasakan oleh keseluruhan struktur kelompok dimana komunikasi
antar anggota kelompok kecil sekali dan memiliki akibat yang kurang
menguntungkan. Misalnya: kurang berkembangnya hubungan timbal balik anggotaa
dalam kelompok.
2.
Kepemimpinan Demokrats
Kerjasama
antara pemimpin dan anggotanya. Semua kegiatan kelompok dijalankan atas
keputusan bersama. Semua perencanaan dan langkah-langkah pekerjaan ditentukan
secara musyawarah. Pemimpin ikut serta dalam kehidupan anggota anggotanya.
Pemimpin
menempatkan anggota sebagai kawan dan bukan orang yang dipekerjakan. Tugas dan
kewajiban dijalankan bersama-sama dengan pemimpin. Tanggung jawab dibagi bagi
antar semua anggota.
Pemimpin
demokratis berusaha menampilkan keterlibatan dan keikutsertaan yang maksimum
dari setiap anggota dalam kegiatan kelompok dan dalam menentukan tujuan
kelompok. Pemimpin berusaha mendorong dan memperkuat hubungan antar individu
seluruh kelompok. Ia juga berusaha mengurangi ketegangan dan konflik di dalam
kelompok.
3.
Kepemimpinan Liberal
Pemimpin
pasif, tidak berpartisipasi dengan kegiatan kelompok. Ia berada diluar
kelompok, pemimpin tidak memimpin tetapi melepaskan anggota anggotanya. Ia
menyerahkan segala galanya pada anggotanya. Tidak pernah mengatur kesalahan
anggotanya tetapi selalu bersikap baik.
Menurut
Sir William Martin Conway mengadakan klasifikasi kepemimpinan berdasarkan atas
peranan sosial yang dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Crowd Compeller
kepemimpinan
yang dilakukan oleh seseorang yang mendapat panggilan kewajiban untuk
melaksanakannya. Misalnya, pada seorang pemimpin rakyat yang mengorbankan
semangat di dalam memperjuangkan hak kemerdekaan bangsa atau pendeta keagamaan
dari suatu gerakan dakwah yang menghidupkan perasaan beragama.
b.
Crowd Representative
kepemimpinan
yang dilakukan bersifat sementara, yaitu selama masa pengangkatannya untuk
menduduki jabatan sebagai ketua kelompok dan kelompok itulah yang memilih dia
sebagai pemimpinnya.
c.
Crowd Exponent
pemimpin
ini pada saat yang tepat dan diperlukan dapat menggerakkan masa sedemikian
hebat dan mengarahkan pada sarana tujuan yang dimaksud pula, karena pemimpin
tersebut dapat menduga apa yang terasa dan menjadi keragu-raguan mereka,
kemudian dapat menggerkannya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya di
inginkannya.
PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN
Kemampuan seseorang untuk mengajak sekolompok orang
mencapai sebuah tujuan kolektif menjadi salah satu pertanyaan para ilmuwan
psikologi sosial. Menurut Seters dan Field (1990), teori yang menjelaskan
kepemimpinan berevolusi dari erayang membahas kepribadian pimpinan (personality
era) hingga era yang membahas kemampuan pemimpin melakukan perubahan dalam
kelompok (transformation era). Apabila melihat perkembangannya, teori-teori
kepemimpinan dapat dikelompokan menjadi teori-teori mengenai:
1.
Perspektif Kepribadian berasumsi bahwa keberhasilan sebuah kelompok untuk
mencapai tujuannya bergantung pada sifat-sifat bawaan (traits) si pemimpin.
Perspektif ini terbagi menjadi dua pandangan, yaitu: the great person theory
dan trait theory (Seters dan Field, 1990)
2.
Perspektif situasional memiliki hipotesis bahwa keberhasilan seseorang memimpin
kelompoknya mencapai sebuah tujuan bukan hanya bergantung pada
karakteristiknya, tetapi lebih pada interaksi antara pemimpin dengan kondisi
situasional, kultur, dan konteks dari kelompok.
3.
Perspektif proses kelompok yang menganggap bahwa di samping kepribadian
pemimpin dan situasi organisasi atau kelompok, proses di dalam kelompok juga
memengaruhi kepemimpinan. Perspektif proses kelompok terdiri dari 3 macam
cabang teoritis, yaitu: teori yang mengkaji mengenai transformasional versus
transaksional dalam kepemimpinan. Terdapat tiga faktor dalam kelompok yang
diperhitungkan oleh perspektif ini, yaitu:
a.
Hubungan antara pemimpin dan pengikut.
b.
Apakah pemimpin merupakan prototype dari kelompok
c.
Kepemimpinan transformation vs transactional.
Teori
Kepemimpinan
Tiga teori yang menjelaskan
munculnya pemimpin adalah sebagai berikut (Kartono, 1998:29) :
- Teori Genetis menyatakan sebagai berikut : 1) Pemimpin
itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakatbakat alami
yang luar biasa sejak lahirnya. 2) Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin
dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus. 3) Secara
filsafat, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
- Teori Sosial (lawan Teori Genetis) menyatakan sebagai
berikut : 1) Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak
terlahirkan begitu saja. 2) Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui
usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
- Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai reaksi dari
kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan sebagai berikut : Seseorang
akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui
pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan
lingkungan/ekologisnya.
Kelebihan
Pemimpin
Menurut Stogdill dalam Lee
(1989), menyatakan bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan, yaitu
:
- Kapasitas: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara
atau verbal facility, keaslian, kemampuan menilai.
- Prestasi (Achievement) : gelar kesarjanaan, ilmu
pengetahuan, perolehan dalam olah raga, dan atletik, dan sebagainya.
- Tanggung Jawab : mandiri, berinisiatif, tekun, ulet,
percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.
- Partisipasi : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi,
mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerjasama, mudah menyesuaikan diri,
punya rasa humor.
- Status : meliputi kedudukan sosial ekonomi yang cukup
tinggi, populer, tenar.
Menurut
Ishak Arep dan Tanjung (2003:93) bahwa kepemimpinan (leadership) adalah
kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau
masyarakat yang berbeda-beda manuju pencapaian tertentu.
Jadi
kepemimpinan atau leadership ini merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin (leader), yang dalam penerapannya mengandung konsekuensi
terhadap diri dalam penerapannya mengandung konsekuensi terhadap diri si pemimpin,
antara lain sebagai berikut :
- Harus berani mengambil keputusan sendiri secara tegas
dan tepat (decision making)
- Harus berani menerima resiko sendiri
- Harus berani menerima tanggung jawab sendiri (The
Principle of Absolutenes of Responsibility).
Gaya
Kepemimpinan
Selanjutnya Ishak Arep dan
Tanjung (2003:23) menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan sebagaimana telah
dikemukakan diatas, yakni untuk dapat menguasai atau mempengaruhi serta
memotivasi orang lain, maka dalam penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia
lazimnya digunakan 4 (empat) macam gaya kepemimpinan, yaitu :
- Democratic Leadership adalah suatau gaya
kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kemampuan untuk menciptakan moral
dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan
- Dictatorial atau Autocratic
Leadership, yakni suatu gaya leadership yang menityikberatkan
kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan
pengikut-pengikutnya untuk kepentingan pribadinya dan/atau golongannya
dengan kesediaan untuk menerima segala resiko apapun.
- Paternalistic Leadership, yakni bentuk antara gaya
pertama (democratic) dan kedua (dictatorial) diatas. Yang pada dasarnya
kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui
unsur-unsur demokratis. Sistem dapat diibaratkan diktator yang
berselimutkan demokratis.
- Free Rein Leadership, yakni salah satu gaya
kepemimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijakan
pengoperasian Manajemen Sumber Daya Manusia kepada bawahannya dengan hanya
berpegang kepeda ketentuan-ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan
mereka. Pimpinan disini hanya sekedar mengawasi dari atas dan menerima
laporan kebijaksanaan pengoperasian yang telah dilaksanakan oleh
bawahannya. Gaya kepemimpinan ini terutama diterapkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia.
Tipe
Kepemimpinan
Tipe
kepemimpinan bermacam-macam, misalnya tipe kharismatis, paternalistis,
militeristis, otokratis, laissez faire, populistis, administratif, dan
demokratis. Tipe pemimpin yang dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam What Kind
of Manager yang disunting oleh Wajosumidjo (Dept. P & K, Pusat
Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), yaitu:
- Berorientasikan tugas (task orientation)
- Berorientasikan hubungan kerja (relationship
orientation)
- Berorientasikan hasil yang efektif (effective orientation)
Berdasarkan ketiga
orientasi tipe pemimpin tersebut maka terdapat delapan tipe kepemimpinan, yaitu
:
- Tipe Deserter (Pembelot) Sifatnya : bermoral rendah,
tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan
kekuatan, sukar diramalkan.
- Tipe Birokrat Sifatnya : correct, kaku, patuh pada
peraturan dan norma-norma; ia adalah manusia organisasi yang tepat,
cermat, berdisiplin, dan keras.
- Tipe Misionaris (Missionary) Sifatnya : terbuka, penolong,
lembut hati, ramah tamah.
- Tipe Developer (Pembangun) Sifatnya : kreatif, dinamis,
inovatif, memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan
pada bawahan.
- Tipe Otokrat Sifatnya : keras, diktatoris, mau
menang sendiri, keras kepala, sombong. Bandel.
- Benevolent Autocrat (otokrat
yang bijak)
Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa
keterlibatan diri.
- Tipe Compromiser (kompromis) Sifatnya : plintat plintut,
selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan,
berpandangan pendek dan sempit.
- Tipe Eksekutif Sifatnya : bermutu tinggi,
dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun.