Thursday, May 9, 2019

Definisi Sense of Belonging pada Karyawan


2.2 Sense of Belonging
2.2.1 Pengertian Sense of Belonging
            Hagerty, Sauer dan Patusky (1992) mendefinisikan sense of belonging sebagai pengalaman keterlibatan individu di dalam sebuah sistem atau lingkungan sehingga individu tersebut merasa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem atau lingkungan tersebut. Sedangkan McMillan dan Chavis (1986) menyatakan sense of belonging adalah sebuah  perasaan, keyakinan dan harapan bahwa sesuatu cocok untuk ada di kelompok dan memiliki tempat dalam grup, perasaan penerimaan oleh kelompok dan rela berkorban untuk kelompok. Di gambarkan dengan kalimat “ini adalah kelompok saya” atau “saya adalah bagian dari kelompok ini”. Baumeister (1995) sense of belonging didefinisikan sebagai dorongan yang dapat membentuk dan mempertahankan kuantitas hubungan interpersonal yang penting dan positif. Dari pengertian tersebut menyatakan bahwa sense of belonging dorongan yang dimiliki oleh setiap orang untuk menjalin hubungan secara positif dengan orang lain dan mempertahankan hubungan tersebut dengan baik.
Anggraeni (2017) sense of belonging adalah keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok atau situasi tertentu dan merasa dirinya memiliki andil dalam kelompok atau situasi tersebut. Zhao, Lu, Wang, Chau dan Zhang (2012) menyamakan sense of belonging dengan having an attachment, sense of identification, dan sense of membership. sense of belonging didefinisikan sebagai kelekatan emosional pengguna kepada objek tertentu, di dalam penelitiannya berupa virtual communities. Peneliti lain Fail, Thompson, dan Walker (2004) menyebutkan sense of belonging sebagai bagian integral dari perasaan di rumah sendiri, yang bisa melekat pada sebuah tempat atau hubungan yang penting. Objek kelekatan ini dapat berupa apa saja dengan tingkat kelekatan yang berbeda. Kelekatan terhadap “hubungan” ditemukan memiliki kekuatan yang lebih besar tiga kali lipat kelekatan terhadap negara tertentu.
Hawkins (Kiasatina, 2013) mengartikan sense of belonging sebagai rasa memiliki dimana sense berarti perasaan dan belonging berarti mempunyai atau memiliki. Dari pengertian ini terlihat bahwa sense of belonging merupakan perasaan menjadi bagian dari suatu kelompok, dalam hal ini kelompok tersebut adalah organisasi. Sedangkan menurut Gerungan (Kiasatina, 2013) menyatakan bahwa sense of belonging merupakan suatu peranan seorang karyawan yang masuk di dalam suatu perusahaan dimana karyawan tersebut memiliki peranan dan tugas sehingga karyawan itu pun memiliki kepuasan dan merasa bahwa ia berharga sebagai anggota perusahaan.
            Dari beberapa penjelasan tentang sense of belonging, penulis menyimpulkan bahwa sense of belonging merupakan  perasaan individu merasa nyaman, cocok, dan memiliki dengan penuh keyakinan berada didalam organisasi atau disuatu kelompoknya.
2.2.2 Aspek – Aspek Sense of Belonging
            Menurut Anant (Anggraeni, 2017) sense of belonging memiliki penekanan pada dua aspek utama, yaitu    :
1.      Memiliki pengalaman akan penghargaan dari sebuah keterlibatan.
2.      Merasakan kecocokan sebagai bagian atau anggota dari sebuah kelompok.
Sedangkan menurut Hagerty, Sauer dan Patusky (1992) mendefinisikan kembali aspek sense of belonging dan antecedent dari sense of belonging yaitu :
1.      Aspek sense of belonging yaitu (a) Valued involvement merupakan pengalaman seseorang terkait perasaan dihargai, diperlukan/dibutuhkan, serta perasaan diterima; (b) fit, yaitu persepsi bahwa karakteristik yang dimiliki seseorang telah sesuai dengan sistem atau lingkungan dimana dirinya berada.
2.      Antecedent atau pelopor sense of belonging merupakan keseluruhan peristiwa yang terjadi sebelum munculnya sense of belonging. Adapun antecedent dari sense of belonging meliputi : (a) Energy for involvement (kekuatan untuk merasakan keterikatan); (b) Potential and desire for mesaningful involvement (potensi dan hasrat untuk memaknai keterikatan); (c) Potential for shared or complementary characteristic (potensi untuk berbagi dan melengkapi karakter).
Menurut Susanti (2007) menjelaskan di dalam sense of belonging karyawan terdapat hal – hal manusiawi yang dapat dilihat dari :
a.       Keinginan untuk berprestasi
Yaitu setiap orang atau karyawan memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu hal atau pekerjaan yang dapat membawa dirinya ke jenjang karier yang lebih agar memperoleh penghargaan atau reward atas prestasi yang telah dilakukan. Yang termasuk indikator keinginan untuk berprestasi adalah :
1.      Karyawan ingin menunjukan prestasi yang dimiliki.
2.      Karyawan ingin memperoleh penghargaan atas prestasi yang dimiliki.
3.      Karyawan mempunyai keinginan untuk menjadi yang terbaik di antara karyawan yang lainnya.
b.      Loyalitas karyawan
Yaitu kesediaan karyawan yang ditunjukan melalui kesetiaanyya yang besar dalam bekerja untuk mengabdikan diri pada organisasi tersebut. Rasa loyalitas harus ditumbuhkan dalam sebuah iklim kerja, karena dapat meningkatkan efektivitas kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Adapun hal yang termasuk dalam indikator loyalitas karyawan adalah :
1.      Karyawan telah mengabdikan diri untuk kemajuan organisasi.
2.      Karyawan merasa bangga menjadi bagian dari organisasi tersebut.
3.      Karyawan dapat bekerja sama dalam satu tim sesama rekan sekerjanya didalam organisasinya.


c.       Tanggung jawab
Merupakan kewajiban yang besar yang dilakukan setiap karyawan terhadap pekerjaannya agar selesai tepat pada waktunya dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan atasan dengan keinginan atasanya. Tanggung jawab juga merupakan cermin dari perilaku karyawan itu sendiri. Hal – hal yang termasuk dalam indikator tanggung jawab adalah :
1.      Kemampuan karyawan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh atasan.
2.      Karyawan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan atasan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
3.      Hasil pekerjaan yang dikerjakan karyawan sangat memuaskan dan sesuai yang diharapkan oleh atasan.
d.      Semangat kerja
Yaitu karyawan memiliki motivasi yang besar dalam dirinya untuk melakukan atau menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Tiga indikator yang digunakan, yaitu :
1.      Karyawan bersedia meningkatkan produktivitas kerjanya.
2.      Karyawan sering memberi ide atau usulan tentang pekerjaannya tanpa diminta atasannya.
3.      Dalam 3 bulan terakhir karyawan giat untuk mempelajarai hal – hal baru mengenai pekerjaan.
e.       Disiplin kerja
Merupakan kewajiban yang besar yang harus dilakukan oleh setiap karyawan untuk selalu datang dan pulang tepat waktu. Disiplin kerja harus diterapkan dalam sebuah iklim kerja agar efektivitas waktu dalam bekerja tidak terbuang percuma sehingga pekerjaan yang dilakukan selesai tepat waktu. Tiga hal yang termasuk disiplin kerja, yaitu :
1.      Dalam 3 bulan terakhir karyawan selalu masuk kerja.
2.      Dalam 3 bulan terakhir karyawan tidak pernah meninggalkan pekerjaan pada saat jam kerja dengan alasan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
3.      Dalam 3 bulan terakhir karyawan datang dan pulang tepat waktu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek – aspek dari sense of belonging menurut Hagerty et al (1992) yaitu value involvement dan fit. Adapun antecedent dari sense of belonging, yaitu : a. Energy for involvement, b. Potential and desire for mesaningful involvement, c. Potential for shared or complementary characteristic.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan aspek sense of belonging sebagai dasar penuyusunan skala adalah aspek yang dikemukakan oleh Hagerty et al (1992) yaitu value involvement dan fit. Aspek tersebut dipilih karena dirasa lebih luas cangkupannya dan sesuai dengan keadaan yang hendak diteliti
2.2.3        Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sense of Belonging
Zhao et al (2012) menjelaskan terdapat tiga hal yang mempengaruhi sense of belonging, yaitu :


a.       Kepercayaan pada anggota lain
Kepercayaan pada anggota lain merupakan faktor penting untuk mengukur keberhasilan virtual communities, yang dapat diukur dengan seberapa partisipasi anggota maupun virtual communities sendiri. Artinya, ketika individu mempercayai seseorang virtual communities dan anggota lain, maka individu cenderung lebih terlibat dalam virtual communities serta dalam berinteraksi dengan anggota lain.
b.      Familiaritas atau keakraban
Familiaritas merupakan sejauh mana masing – masing individu mengetahui satu sama lain. Hal ini dapat di bangun melalui interaksi. Keakraban dapa membuat individu cenderung percaya begitu saja tanpa berpikir panjang dan memeriksa kebenaran atau keadaan yang sebenarnya terjadi. Keakraban juga dapat menghasilkan ketidakpastian yang lebih rendah dan kepercayaan yang lebih tinggi dalam hubungan jangka panjang.
c.       Kesamaan persepsi
Dalam hal ini kesamaan yang dirasakan mengacu pada karakteristik umum, seperti minat, nilai, dan tujuan yang dirasakan antara anggota organisasi. Pada dasarnya orang berkumpul atas kepentingan bersama atau tujuan bersama dan berbagi pengalaman.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut Zhao et al (2012) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi sense of belonging yaitu : kepercayaan pada anggota lain, familiaritas atau keakraban, dan kesamaan persepsi.

2.2.4        Sense of Belonging Dalam Organisasi atau Kelompok
Menurut Anggraeni (2017) sense of belonging atau rasa memiliki yang dimaksud bersifat aktif, diwujudkan dalam bentuk inisiatif, keberanian mengambil tanggung jawab dan risiko, serta keinginan berbagi. Sense of belonging juga mengubah bentuk keterikatan orang dengan organisasi, dari sekadar yang bernuansa bisnis dan transaksional menjadi semacam keterikatan batin. Tumbuhnya rasa memiliki tersebut tidak dapat berdiri sendiri, organisasi juga harus memfasilitasi tumbuhnya sense of belonging atau rasa memiliki. Ketika seseorang mulai mempelajari dan memahami kode etik dan peraturan dalam organisasi tersebut, secara tidak langsung ia mulai menjadi bagian didalamnya. Lalu ia akan melihat kondisi sekitar dan mencari cara untuk bisa diterima disana.
Sense of belonging atau rasa memiliki memberikan dampak positif pada kehidupan  seseorang atau organisasi, sebagai motor untuk kreativitas dan profesionalitas kerja, rasa memiliki akan membuat seseorang memiliki etos kerja yang tinggi, profesional dan optimal.
2.2.5        Manfaat Sense of Belonging
Adapun manfaat sense of belonging menurut Jones (Muhaeminah, 2015) antara lain mencangkup  :
a.       Ketercapaian manfaat fisik
Manfaat fisik antara lain meningkatkan fungsi neurologis, meningkatkan resistensi terhadap penyakit, serta secara umum memiliki fungsi fisik yang lebih baik.

b.      Manfaat psikologis
Fungsi psikologis antara lain ketercapaian seluruh kesehatan mental seperti self efficacy, self esteem, kurangnya level stress dan depresi, kurangnya kecemasan, coping yang baik, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan memiliki komunitas dan lingkungan yang lebih sehat, meningkatkan prestasi dan motivasi, intelektual dan kognisi yang lebih tinggi.
Sedangkan menurut Hagerty et al (1992) manfaat dari sense of belonging, yaitu :
a.       Keterlibatan psikologis, sosial, spiritual, atau fisik
Keterlibatan psikologis, sosial, spiritual atau fisik muncul karena manusia ingin memiliki perasaan diterima di perusahaan tempatnya bekerja.
b.      Atribusi yang penuh bermakna bagi dirinya atas keterlibatan yang ada
Hal ini berkesinambungan dengan adanya keterlibatan psikologis, sosial, spiritual, atau fisik yang dilakukan.
c.       Fortifikasi atau meletakkan dasar fundamental untuk respon emosional dan perilaku
            Dalam hal ini, sedikit lebih mengarah pada bagaimana perusahaan memiliki manajemen yang baik terhadap karyawan memiliki respon emosi dan perilaku yang selalu positif terhadap perusahaan.
Dari penjelasan tersebut, ada dua manfaat dari sense of belonging menurut Jones (Muhaeminah, 2015), yaitu ketercapaian manfaat fisik maupun manfaat psikologis. Sedangkan menurut Hagerty et al (1992) manfaat dari sense of belonging itu sendiri yaitu keterlibatan psikologis, sosial, spiritual atau fisik, atribusi yang penuh bermakna bagi dirinya atas keterlibatan yang ada, dan fortifikasi atau meletakkan dasar fundamental untuk respons emosional dan perilaku.

No comments:

Post a Comment