2.2
Sense of Belonging
2.2.1
Pengertian Sense of Belonging
Hagerty,
Sauer dan Patusky (1992) mendefinisikan sense
of belonging sebagai pengalaman keterlibatan individu di dalam sebuah
sistem atau lingkungan sehingga individu tersebut merasa sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem atau lingkungan tersebut. Sedangkan McMillan dan
Chavis (1986) menyatakan sense of
belonging adalah sebuah perasaan,
keyakinan dan harapan bahwa sesuatu cocok untuk ada di kelompok dan memiliki
tempat dalam grup, perasaan penerimaan oleh kelompok dan rela berkorban untuk
kelompok. Di gambarkan dengan kalimat “ini adalah kelompok saya” atau “saya
adalah bagian dari kelompok ini”. Baumeister (1995) sense of belonging didefinisikan sebagai dorongan yang dapat
membentuk dan mempertahankan kuantitas hubungan interpersonal yang penting dan
positif. Dari pengertian tersebut menyatakan bahwa sense of belonging dorongan yang dimiliki oleh setiap orang untuk
menjalin hubungan secara positif dengan orang lain dan mempertahankan hubungan
tersebut dengan baik.
Anggraeni (2017) sense of belonging adalah keterlibatan
seseorang dalam sebuah kelompok atau situasi tertentu dan merasa dirinya
memiliki andil dalam kelompok atau situasi tersebut. Zhao, Lu, Wang, Chau dan
Zhang (2012) menyamakan sense of
belonging dengan having an
attachment, sense of identification, dan
sense of membership. sense of belonging didefinisikan sebagai kelekatan
emosional pengguna kepada objek tertentu, di dalam penelitiannya berupa virtual communities. Peneliti lain Fail, Thompson, dan Walker (2004)
menyebutkan sense of belonging
sebagai bagian integral dari perasaan di rumah sendiri, yang bisa melekat pada
sebuah tempat atau hubungan yang penting. Objek kelekatan ini dapat berupa apa
saja dengan tingkat kelekatan yang berbeda. Kelekatan terhadap “hubungan”
ditemukan memiliki kekuatan yang lebih besar tiga kali lipat kelekatan terhadap
negara tertentu.
Hawkins (Kiasatina,
2013) mengartikan sense of belonging
sebagai rasa memiliki dimana sense berarti
perasaan dan belonging berarti
mempunyai atau memiliki. Dari pengertian ini terlihat bahwa sense of belonging merupakan perasaan
menjadi bagian dari suatu kelompok, dalam hal ini kelompok tersebut adalah
organisasi. Sedangkan menurut Gerungan (Kiasatina, 2013) menyatakan bahwa sense of belonging merupakan suatu
peranan seorang karyawan yang masuk di dalam suatu perusahaan dimana karyawan
tersebut memiliki peranan dan tugas sehingga karyawan itu pun memiliki kepuasan
dan merasa bahwa ia berharga sebagai anggota perusahaan.
Dari
beberapa penjelasan tentang sense of
belonging, penulis menyimpulkan bahwa sense
of belonging merupakan perasaan
individu merasa nyaman, cocok, dan memiliki dengan penuh keyakinan berada
didalam organisasi atau disuatu kelompoknya.
2.2.2
Aspek – Aspek Sense of Belonging
Menurut
Anant (Anggraeni, 2017) sense of
belonging memiliki penekanan pada dua aspek utama, yaitu :
1. Memiliki
pengalaman akan penghargaan dari sebuah keterlibatan.
2. Merasakan
kecocokan sebagai bagian atau anggota dari sebuah kelompok.
Sedangkan menurut
Hagerty, Sauer dan Patusky (1992) mendefinisikan kembali aspek sense of belonging dan antecedent dari sense of belonging yaitu :
1. Aspek
sense of belonging yaitu (a) Valued involvement merupakan pengalaman
seseorang terkait perasaan dihargai, diperlukan/dibutuhkan, serta perasaan
diterima; (b) fit, yaitu persepsi
bahwa karakteristik yang dimiliki seseorang telah sesuai dengan sistem atau
lingkungan dimana dirinya berada.
2.
Antecedent
atau
pelopor sense of belonging merupakan
keseluruhan peristiwa yang terjadi sebelum munculnya sense of belonging. Adapun antecedent
dari sense of belonging meliputi
: (a) Energy for involvement
(kekuatan untuk merasakan keterikatan); (b) Potential
and desire for mesaningful involvement (potensi dan hasrat untuk memaknai
keterikatan); (c) Potential for shared or
complementary characteristic (potensi untuk berbagi dan melengkapi
karakter).
Menurut Susanti (2007)
menjelaskan di dalam sense of belonging karyawan terdapat hal – hal manusiawi
yang dapat dilihat dari :
a. Keinginan
untuk berprestasi
Yaitu setiap orang atau
karyawan memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu hal atau pekerjaan yang
dapat membawa dirinya ke jenjang karier yang lebih agar memperoleh penghargaan
atau reward atas prestasi yang telah dilakukan. Yang termasuk indikator
keinginan untuk berprestasi adalah :
1. Karyawan
ingin menunjukan prestasi yang dimiliki.
2. Karyawan
ingin memperoleh penghargaan atas prestasi yang dimiliki.
3. Karyawan
mempunyai keinginan untuk menjadi yang terbaik di antara karyawan yang lainnya.
b. Loyalitas
karyawan
Yaitu kesediaan
karyawan yang ditunjukan melalui kesetiaanyya yang besar dalam bekerja untuk
mengabdikan diri pada organisasi tersebut. Rasa loyalitas harus ditumbuhkan
dalam sebuah iklim kerja, karena dapat meningkatkan efektivitas kerja karyawan
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Adapun hal yang termasuk dalam indikator
loyalitas karyawan adalah :
1. Karyawan
telah mengabdikan diri untuk kemajuan organisasi.
2. Karyawan
merasa bangga menjadi bagian dari organisasi tersebut.
3. Karyawan
dapat bekerja sama dalam satu tim sesama rekan sekerjanya didalam
organisasinya.
c. Tanggung
jawab
Merupakan kewajiban
yang besar yang dilakukan setiap karyawan terhadap pekerjaannya agar selesai
tepat pada waktunya dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan atasan dengan
keinginan atasanya. Tanggung jawab juga merupakan cermin dari perilaku karyawan
itu sendiri. Hal – hal yang termasuk dalam indikator tanggung jawab adalah :
1. Kemampuan
karyawan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh atasan.
2. Karyawan
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan atasan tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
3. Hasil
pekerjaan yang dikerjakan karyawan sangat memuaskan dan sesuai yang diharapkan
oleh atasan.
d. Semangat
kerja
Yaitu karyawan memiliki
motivasi yang besar dalam dirinya untuk melakukan atau menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya. Tiga indikator yang digunakan, yaitu :
1. Karyawan
bersedia meningkatkan produktivitas kerjanya.
2. Karyawan
sering memberi ide atau usulan tentang pekerjaannya tanpa diminta atasannya.
3. Dalam
3 bulan terakhir karyawan giat untuk mempelajarai hal – hal baru mengenai pekerjaan.
e. Disiplin
kerja
Merupakan kewajiban
yang besar yang harus dilakukan oleh setiap karyawan untuk selalu datang dan
pulang tepat waktu. Disiplin kerja harus diterapkan dalam sebuah iklim kerja
agar efektivitas waktu dalam bekerja tidak terbuang percuma sehingga pekerjaan
yang dilakukan selesai tepat waktu. Tiga hal yang termasuk disiplin kerja,
yaitu :
1. Dalam
3 bulan terakhir karyawan selalu masuk kerja.
2. Dalam
3 bulan terakhir karyawan tidak pernah meninggalkan pekerjaan pada saat jam
kerja dengan alasan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
3. Dalam
3 bulan terakhir karyawan datang dan pulang tepat waktu.
Berdasarkan uraian
diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek – aspek dari sense of belonging menurut Hagerty et al (1992) yaitu value
involvement dan fit. Adapun antecedent dari sense of belonging, yaitu : a.
Energy for involvement, b. Potential
and desire for mesaningful involvement, c. Potential for shared or complementary characteristic.
Pada penelitian ini,
penulis menggunakan aspek sense of belonging
sebagai dasar penuyusunan skala adalah aspek yang dikemukakan oleh Hagerty et al (1992) yaitu value involvement dan fit. Aspek
tersebut dipilih karena dirasa lebih luas cangkupannya dan sesuai dengan
keadaan yang hendak diteliti
2.2.3
Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi Sense of
Belonging
Zhao et al (2012) menjelaskan terdapat tiga
hal yang mempengaruhi sense of belonging,
yaitu :
a. Kepercayaan
pada anggota lain
Kepercayaan
pada anggota lain merupakan faktor penting untuk mengukur keberhasilan virtual communities, yang dapat diukur
dengan seberapa partisipasi anggota maupun virtual
communities sendiri. Artinya, ketika individu mempercayai seseorang virtual communities dan anggota lain,
maka individu cenderung lebih terlibat dalam virtual communities serta dalam berinteraksi dengan anggota lain.
b. Familiaritas
atau keakraban
Familiaritas merupakan
sejauh mana masing – masing individu mengetahui satu sama lain. Hal ini dapat
di bangun melalui interaksi. Keakraban dapa membuat individu cenderung percaya
begitu saja tanpa berpikir panjang dan memeriksa kebenaran atau keadaan yang
sebenarnya terjadi. Keakraban juga dapat menghasilkan ketidakpastian yang lebih
rendah dan kepercayaan yang lebih tinggi dalam hubungan jangka panjang.
c. Kesamaan
persepsi
Dalam hal ini kesamaan
yang dirasakan mengacu pada karakteristik umum, seperti minat, nilai, dan
tujuan yang dirasakan antara anggota organisasi. Pada dasarnya orang berkumpul
atas kepentingan bersama atau tujuan bersama dan berbagi pengalaman.
Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut Zhao et al (2012) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi sense of belonging yaitu : kepercayaan
pada anggota lain, familiaritas atau keakraban, dan kesamaan persepsi.
2.2.4
Sense of Belonging Dalam Organisasi atau Kelompok
Menurut Anggraeni
(2017) sense of belonging atau rasa
memiliki yang dimaksud bersifat aktif, diwujudkan dalam bentuk inisiatif,
keberanian mengambil tanggung jawab dan risiko, serta keinginan berbagi. Sense of belonging juga mengubah bentuk
keterikatan orang dengan organisasi, dari sekadar yang bernuansa bisnis dan
transaksional menjadi semacam keterikatan batin. Tumbuhnya rasa memiliki
tersebut tidak dapat berdiri sendiri, organisasi juga harus memfasilitasi
tumbuhnya sense of belonging atau
rasa memiliki. Ketika seseorang mulai mempelajari dan memahami kode etik dan
peraturan dalam organisasi tersebut, secara tidak langsung ia mulai menjadi
bagian didalamnya. Lalu ia akan melihat kondisi sekitar dan mencari cara untuk
bisa diterima disana.
Sense
of belonging atau rasa memiliki memberikan dampak
positif pada kehidupan seseorang atau
organisasi, sebagai motor untuk kreativitas dan profesionalitas kerja, rasa
memiliki akan membuat seseorang memiliki etos kerja yang tinggi, profesional
dan optimal.
2.2.5
Manfaat
Sense of Belonging
Adapun manfaat sense of belonging menurut Jones
(Muhaeminah, 2015) antara lain mencangkup :
a. Ketercapaian
manfaat fisik
Manfaat fisik antara
lain meningkatkan fungsi neurologis, meningkatkan resistensi terhadap penyakit,
serta secara umum memiliki fungsi fisik yang lebih baik.
b. Manfaat
psikologis
Fungsi psikologis
antara lain ketercapaian seluruh kesehatan mental seperti self efficacy, self esteem, kurangnya level stress dan depresi, kurangnya kecemasan, coping yang baik, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan memiliki
komunitas dan lingkungan yang lebih sehat, meningkatkan prestasi dan motivasi,
intelektual dan kognisi yang lebih tinggi.
Sedangkan menurut
Hagerty et al (1992) manfaat dari sense of belonging, yaitu :
a. Keterlibatan
psikologis, sosial, spiritual, atau fisik
Keterlibatan
psikologis, sosial, spiritual atau fisik muncul karena manusia ingin memiliki
perasaan diterima di perusahaan tempatnya bekerja.
b. Atribusi
yang penuh bermakna bagi dirinya atas keterlibatan yang ada
Hal ini
berkesinambungan dengan adanya keterlibatan psikologis, sosial, spiritual, atau
fisik yang dilakukan.
c. Fortifikasi
atau meletakkan dasar fundamental untuk respon emosional dan perilaku
Dalam hal ini, sedikit lebih mengarah pada bagaimana
perusahaan memiliki manajemen yang baik terhadap karyawan memiliki respon emosi
dan perilaku yang selalu positif terhadap perusahaan.
Dari penjelasan
tersebut, ada dua manfaat dari sense of
belonging menurut Jones (Muhaeminah, 2015), yaitu ketercapaian manfaat
fisik maupun manfaat psikologis. Sedangkan menurut Hagerty et al (1992) manfaat dari sense
of belonging itu sendiri yaitu keterlibatan psikologis, sosial, spiritual
atau fisik, atribusi yang penuh bermakna bagi dirinya atas keterlibatan yang
ada, dan fortifikasi atau meletakkan dasar fundamental untuk respons emosional
dan perilaku.
No comments:
Post a Comment