Sebuah
gambaran yang lebih akurat tentang manusia sebagai aktor politik adalah
gambaran yang mengakui bahwa orang-orang terdorong atau termotivasi untuk
bertindak sesuai dengan karakteristik kepribadian, nilai keyakinan dan
kelekatan (attachments) dengan
kelompok-kelompok. Orang-orang adalah prosesor informasi yang tidak sempurna,
yang berjuang keras memahami dunia yang kompleks tempat mereka berada.
Orang-orang terus-menerus (secara aktif) menggunakan persepsi logis, namun
sering kali keliru, tentang orang lain ketika mamutuskan bagaimana cara
bertindak dan sering kali mereka tidak menyadari penyebab-penyebab perilaku
mereka sendiri. Orang-orang sering melakukan ha;-hal yang tampaknya berlawanan
dengan minta, nilai dan keyakinan mereka sendiri. meskipun demikian, dengan
memahami kompleksitas psikologi politik, kita dapat menjelaskan perilaku yang
sering kali tampak irasional.
Kekuatan
stereotip tanpa disadari bertelur dalam pikiran kita, terlepas dari nilai-nilai
yang tampak pada diri, dan sudah pasti dipegang secara mendalam. Kategorisasi
adalah suatu proses yang didalamnya secara tidaak disadari kita mengkategorikan
orang lain ke dalam kelompok-kelompok. Pada permukaanya mengategorisasikan
orang-orang ke dalam kelompok-kelompok tampak logis dan rsional. Namun,
bahayanya terletak pada konsekuensi mengetegorikan orang-orang ke dalam
kelompok atas dasar karakteristik yang mungkin tidak dimiliki oleh orang
tersebut. Pada level yang kecil, hanya sedikit kerugian yang ditimbulkan.
Namun, jika terjadi pada level masyarakat luas, proses ini dapat menyebabkan
tindakan-tindakan kekerasan yang mengerikan. Diskriminasi rasial, pembersihan
etnik di Bosnia-Herzegovina, dan genosida di Rwanda seluruhnya, hingga pada
titik tertentu, merupaka hasil-hasil penempatan stereotip. Psikologi politik
membantu menjelaskan perilaku politik di sepanjang suatu kontinum, mulai dari
perilaku politik sehari-hari, seperti pemberian suara, hingga jenis-jenis
perilaku yang paling luar biasa, seperti teror dan kekerasan masal.
APA ITU PSIKOLOGI POLITIK?
Psikologi
politik merupakan bidang ilmu yang memungkinkan kita mnejelaskan banyak aspek
perilaku politik, baik perilaku politik ini tampaknya meruakan tindakan
patologis ataupun merupakan praktik pengambilan keputusan normal yang
adakalanya optimal, namun pada waktu lainnya merupakan kegagalan-kegagalan.
Salah satu tujuan psikologi politik adalah untuk menyusun dalil-dalil umum
tentang prilaku yang dapat membantu menjelaskan dan memprediksi
peristiwa-peristiwa yang terjadi di sejumlah situasi yang berbeda. Pendekatan
yang digunakan oleh para psikolog politik dalam memahami dan memprediksi
perilaku adalah metode ilmiah.
Pada
dasarnya psikologi politik mewakili penggabungan dua disiplin, psikologi dan
ilmu politik, meskipun displin lainya juga telah berkontribusi terhadap
pertumbuhan bidang ini. Psikologi politik dapat digambarkan sebagai semacam
pernikahan yang mendorong dialog yang sangat bermanfaat. Psikologi politik
menyangkut penjelasan tentang apa yang dilakukan oleh orang-orang, dengan
mengadaptasikan konsep-konsep psikologi, sehingga konsep ini bermanfaat dan
relevan dengan psikologi politik, kemudian mengaplikasikannya pada analisis
tentang suatu masalah atau isu politik. Sebagi contoh, para psikolog sering
mempelajari proses pengambilan keputusan yang terus-menerus dilakukan oleh
kelompok-kelompok.
Para
psikolog politik berpendapat bahwa ada sifat-sifat kepribadian tertentu yang
penting dalam memengaruhi perilaku politik, seperti bagaimana seseorang
menghadapi konflik, seberapa komppleks proses-proses pemikian seseorang dan
sebaginya. Dalam psikologi politik, orang-orang sering kali bertindak sebagai
bagian dari sebuah kelompok, dan perilaku mereka sebagai bagian dari sebuah
kelompok bisa jadi sangat berbeda dibandingkan dengan perilaku ketika mereka
sendirian. Dengan demikian, psikologi politik tentang kelompok merupakan
merupakan suatu bagian esensial dari psikologi politik sebagai sebuah bidang
pengetahuan.
Komponen-Komponen Makhluk Politik
1.
Kepribadian
Kepribadian
adalah sebuah faktor psikologis pokok yang memengaruhi perilaku politik. Banyak
orang yang mempunyai sifat-sifat yang sama, seperti tingkat kompleksitas
tertentu pada proses-proses berpikir merekadan hasrat-hasrat mereka akan
kekuasaan dan pencapaian, namun kombinasi dari sikap tersebut berbeda, dengan
demikian, setiap individu adalah unik. Oleh karena itu, kepribadian ditempatkan
pda pusat otak Makhluk Politik. Kepribadian memengaruhi aspek-aspek lain proses
pemikiran, dan kepribadian itu sendiri dipengaruhi oleh pengalaman hidup, namun
kepribadian cenderung sangat satabil perihal tingkat kapabilitasnya untuk
berubah, dan kepribadian memengaruhi perilaku dan predisposisi perilaku secara
berkelanjutan dan kosntan. Selain itu kepribadian memengaruhi perilaku secara
tidak disadari, karena oramg-orang jarang duduk diam dan memikirkan dampak
kepribadian mereka terhadap preferensi kelompok mereka. Kepribadian mendorong
predisposisi perilaku tanpa kita harus memberikan perhatian yang disadari pada
sumber preferensi tersebut. Dalam hal ini kepribadian dalam psikologi politik
adalah suatu komponen inti dari mesin pemikiran dan persaan politik. Banyak
diantara pembahasan kepribadian dalam psikologi politik menyangkut sifat sifat
kepribadian para pemimin politik dan dampak kombinasi-kombinasi tertentu dari
sifat-sifat ini pada gaya-gaya kepemimpinan mereka.
2.
Nilai-Nilai dan
Ideentitas
Konsep
ini menyangkut keyakinan yang dimiliki secara mendalam tentang hal apa yang
benar dan hal apa yang salah (niali-nilai) dan makna yang dimiliki secara
mendalam tentang siapakah seseorang (identitas). Nilai-nilai sering kali
mencakup suatu komponen emosi yang kuat. Nilai, emosi dan identittas juga
merupakan aspek-aspek daei psikologi sesorang yang dipegang secra mendalam dan
cukup permanen, dan kerena itu aspek ini ditempatkan pada pikiran bagian dalam.
3.
Sikap
Sikap
dapat dianggap sebagai sebagai unit-unit emiiran yang terdiri dari komponen
kognitif tertentu (yakni pengetahuan) dan suatu respons emosi tentangnya (suka,
tidak suka, dan lain-lain). Banyak sikap politik penting diperoleh melalui
sosialisasi. Sikep ditempatkan menghadap ke pikiran terata, karena dapat
diakses oleh pemikirnya (yang dapat ditanyai apa yang ia pikirkan dan rasakan
tentag suatu isu dan dapat mengartikulasikan suatu jawaban) dan karena sikap
mungkin berubag dengan adanya informasi baru, perubahan-perubahan pada
perasaan, atau persuasi. Sikap merupakan fokus perhatian dalam psikologi
politik ketika menyangkut keputusan pemberian suara, sosialisasi politik,
dampak media pada bagaimana cara berpikir dan apa yang dipikirkan oleh
orang-orang, serta gagasan-gagasan politik yang penting seperti toleransi.
Studi tentanf perilaku pemberian suara secra umum merupakan area pokok studi
dalam psikologi politik.
4.
Kognitif
Proses kogbitif
merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh pikiran dan lingkungan saat pertama
kali berinterakasi. Proses kognitif meyangkut penerimaan dan pengintrepretasian
informasi dari luar diri. Proses ini merupakan pikiran komputer, karena
memfasilitasi kemampuan individu untuk memproses informasi, menginterpretasikan
lingkungsnnya dan memutuskan bagaimana cara bertindak terhdapnya. Proses
kognitif membantu kita memahami suatu lingkungan yang terlalu kompleks untuk
diinterpretasikan oleh individu manapun . sistem kognitif di dalam otak kita
tidak harus secara sadar memeriksa kegunaan dari setiap potongan informasi yang
tersedia bagi kita di lingkungan. kita cenderung menerima informasi yang konsisten
dngan ide, keyakinan dan asumsi kita yang sudah ada sebelumnyatentang
lingkungan tepat kita berada.
Semua
elemen psikologis ini saling berinteraksi dan semua pola perilaku merupakan hal
penting. Tidak semua elemen psikologis dan pola perilaku tersebut berfungsi
setiap waktu. Sikap seseorang terhadap kandidat-kandidat politik tidak setiap
hari memengaruhi preferensi politik, namun sikap tersebut berpengaruh saat
berlangsungnya pemilihan umum. Nasioalisme bukan merupakan hal penting dalam
memengaruhi perilaku, hngga negara atau bangsanya terancam atau meunculnya
suatu kesempatan bagia kemajuan negara/bangsanya. Dan juga setiap waktu, salah
satu daintara faktor-faktor ini mungkin lebih penting dari pada faktor yang
lainnya. Kepribadian dapat menjadi sangat penting ketika seorang presiden
sedang menghadapi sebuah krisis besar. Persepsi-persepsi bahwa negara lain
adalah musuh mungkin juga penting saat berlangsungnya krisis tersebut.
Identitas sosial kelompok etnik presiden ini mungkin penting ketika ia sedang
mendesak adanya bagian legislasi tertentu.
No comments:
Post a Comment