Thursday, May 9, 2019

Psikologi Politik


Sebuah gambaran yang lebih akurat tentang manusia sebagai aktor politik adalah gambaran yang mengakui bahwa orang-orang terdorong atau termotivasi untuk bertindak sesuai dengan karakteristik kepribadian, nilai keyakinan dan kelekatan (attachments) dengan kelompok-kelompok. Orang-orang adalah prosesor informasi yang tidak sempurna, yang berjuang keras memahami dunia yang kompleks tempat mereka berada. Orang-orang terus-menerus (secara aktif) menggunakan persepsi logis, namun sering kali keliru, tentang orang lain ketika mamutuskan bagaimana cara bertindak dan sering kali mereka tidak menyadari penyebab-penyebab perilaku mereka sendiri. Orang-orang sering melakukan ha;-hal yang tampaknya berlawanan dengan minta, nilai dan keyakinan mereka sendiri. meskipun demikian, dengan memahami kompleksitas psikologi politik, kita dapat menjelaskan perilaku yang sering kali tampak irasional.
Kekuatan stereotip tanpa disadari bertelur dalam pikiran kita, terlepas dari nilai-nilai yang tampak pada diri, dan sudah pasti dipegang secara mendalam. Kategorisasi adalah suatu proses yang didalamnya secara tidaak disadari kita mengkategorikan orang lain ke dalam kelompok-kelompok. Pada permukaanya mengategorisasikan orang-orang ke dalam kelompok-kelompok tampak logis dan rsional. Namun, bahayanya terletak pada konsekuensi mengetegorikan orang-orang ke dalam kelompok atas dasar karakteristik yang mungkin tidak dimiliki oleh orang tersebut. Pada level yang kecil, hanya sedikit kerugian yang ditimbulkan. Namun, jika terjadi pada level masyarakat luas, proses ini dapat menyebabkan tindakan-tindakan kekerasan yang mengerikan. Diskriminasi rasial, pembersihan etnik di Bosnia-Herzegovina, dan genosida di Rwanda seluruhnya, hingga pada titik tertentu, merupaka hasil-hasil penempatan stereotip. Psikologi politik membantu menjelaskan perilaku politik di sepanjang suatu kontinum, mulai dari perilaku politik sehari-hari, seperti pemberian suara, hingga jenis-jenis perilaku yang paling luar biasa, seperti teror dan kekerasan masal.
APA ITU PSIKOLOGI POLITIK?
Psikologi politik merupakan bidang ilmu yang memungkinkan kita mnejelaskan banyak aspek perilaku politik, baik perilaku politik ini tampaknya meruakan tindakan patologis ataupun merupakan praktik pengambilan keputusan normal yang adakalanya optimal, namun pada waktu lainnya merupakan kegagalan-kegagalan. Salah satu tujuan psikologi politik adalah untuk menyusun dalil-dalil umum tentang prilaku yang dapat membantu menjelaskan dan memprediksi peristiwa-peristiwa yang terjadi di sejumlah situasi yang berbeda. Pendekatan yang digunakan oleh para psikolog politik dalam memahami dan memprediksi perilaku adalah metode ilmiah.
Pada dasarnya psikologi politik mewakili penggabungan dua disiplin, psikologi dan ilmu politik, meskipun displin lainya juga telah berkontribusi terhadap pertumbuhan bidang ini. Psikologi politik dapat digambarkan sebagai semacam pernikahan yang mendorong dialog yang sangat bermanfaat. Psikologi politik menyangkut penjelasan tentang apa yang dilakukan oleh orang-orang, dengan mengadaptasikan konsep-konsep psikologi, sehingga konsep ini bermanfaat dan relevan dengan psikologi politik, kemudian mengaplikasikannya pada analisis tentang suatu masalah atau isu politik. Sebagi contoh, para psikolog sering mempelajari proses pengambilan keputusan yang terus-menerus dilakukan oleh kelompok-kelompok.
Para psikolog politik berpendapat bahwa ada sifat-sifat kepribadian tertentu yang penting dalam memengaruhi perilaku politik, seperti bagaimana seseorang menghadapi konflik, seberapa komppleks proses-proses pemikian seseorang dan sebaginya. Dalam psikologi politik, orang-orang sering kali bertindak sebagai bagian dari sebuah kelompok, dan perilaku mereka sebagai bagian dari sebuah kelompok bisa jadi sangat berbeda dibandingkan dengan perilaku ketika mereka sendirian. Dengan demikian, psikologi politik tentang kelompok merupakan merupakan suatu bagian esensial dari psikologi politik sebagai sebuah bidang pengetahuan.
Komponen-Komponen Makhluk Politik
1.      Kepribadian
Kepribadian adalah sebuah faktor psikologis pokok yang memengaruhi perilaku politik. Banyak orang yang mempunyai sifat-sifat yang sama, seperti tingkat kompleksitas tertentu pada proses-proses berpikir merekadan hasrat-hasrat mereka akan kekuasaan dan pencapaian, namun kombinasi dari sikap tersebut berbeda, dengan demikian, setiap individu adalah unik. Oleh karena itu, kepribadian ditempatkan pda pusat otak Makhluk Politik. Kepribadian memengaruhi aspek-aspek lain proses pemikiran, dan kepribadian itu sendiri dipengaruhi oleh pengalaman hidup, namun kepribadian cenderung sangat satabil perihal tingkat kapabilitasnya untuk berubah, dan kepribadian memengaruhi perilaku dan predisposisi perilaku secara berkelanjutan dan kosntan. Selain itu kepribadian memengaruhi perilaku secara tidak disadari, karena oramg-orang jarang duduk diam dan memikirkan dampak kepribadian mereka terhadap preferensi kelompok mereka. Kepribadian mendorong predisposisi perilaku tanpa kita harus memberikan perhatian yang disadari pada sumber preferensi tersebut. Dalam hal ini kepribadian dalam psikologi politik adalah suatu komponen inti dari mesin pemikiran dan persaan politik. Banyak diantara pembahasan kepribadian dalam psikologi politik menyangkut sifat sifat kepribadian para pemimin politik dan dampak kombinasi-kombinasi tertentu dari sifat-sifat ini pada gaya-gaya kepemimpinan mereka.
2.      Nilai-Nilai dan Ideentitas
Konsep ini menyangkut keyakinan yang dimiliki secara mendalam tentang hal apa yang benar dan hal apa yang salah (niali-nilai) dan makna yang dimiliki secara mendalam tentang siapakah seseorang (identitas). Nilai-nilai sering kali mencakup suatu komponen emosi yang kuat. Nilai, emosi dan identittas juga merupakan aspek-aspek daei psikologi sesorang yang dipegang secra mendalam dan cukup permanen, dan kerena itu aspek ini ditempatkan pada pikiran bagian dalam.
3.      Sikap
Sikap dapat dianggap sebagai sebagai unit-unit emiiran yang terdiri dari komponen kognitif tertentu (yakni pengetahuan) dan suatu respons emosi tentangnya (suka, tidak suka, dan lain-lain). Banyak sikap politik penting diperoleh melalui sosialisasi. Sikep ditempatkan menghadap ke pikiran terata, karena dapat diakses oleh pemikirnya (yang dapat ditanyai apa yang ia pikirkan dan rasakan tentag suatu isu dan dapat mengartikulasikan suatu jawaban) dan karena sikap mungkin berubag dengan adanya informasi baru, perubahan-perubahan pada perasaan, atau persuasi. Sikap merupakan fokus perhatian dalam psikologi politik ketika menyangkut keputusan pemberian suara, sosialisasi politik, dampak media pada bagaimana cara berpikir dan apa yang dipikirkan oleh orang-orang, serta gagasan-gagasan politik yang penting seperti toleransi. Studi tentanf perilaku pemberian suara secra umum merupakan area pokok studi dalam psikologi politik.
4.      Kognitif
Proses kogbitif merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh pikiran dan lingkungan saat pertama kali berinterakasi. Proses kognitif meyangkut penerimaan dan pengintrepretasian informasi dari luar diri. Proses ini merupakan pikiran komputer, karena memfasilitasi kemampuan individu untuk memproses informasi, menginterpretasikan lingkungsnnya dan memutuskan bagaimana cara bertindak terhdapnya. Proses kognitif membantu kita memahami suatu lingkungan yang terlalu kompleks untuk diinterpretasikan oleh individu manapun . sistem kognitif di dalam otak kita tidak harus secara sadar memeriksa kegunaan dari setiap potongan informasi yang tersedia bagi kita di lingkungan. kita cenderung menerima informasi yang konsisten dngan ide, keyakinan dan asumsi kita yang sudah ada sebelumnyatentang lingkungan tepat kita berada.
Semua elemen psikologis ini saling berinteraksi dan semua pola perilaku merupakan hal penting. Tidak semua elemen psikologis dan pola perilaku tersebut berfungsi setiap waktu. Sikap seseorang terhadap kandidat-kandidat politik tidak setiap hari memengaruhi preferensi politik, namun sikap tersebut berpengaruh saat berlangsungnya pemilihan umum. Nasioalisme bukan merupakan hal penting dalam memengaruhi perilaku, hngga negara atau bangsanya terancam atau meunculnya suatu kesempatan bagia kemajuan negara/bangsanya. Dan juga setiap waktu, salah satu daintara faktor-faktor ini mungkin lebih penting dari pada faktor yang lainnya. Kepribadian dapat menjadi sangat penting ketika seorang presiden sedang menghadapi sebuah krisis besar. Persepsi-persepsi bahwa negara lain adalah musuh mungkin juga penting saat berlangsungnya krisis tersebut. Identitas sosial kelompok etnik presiden ini mungkin penting ketika ia sedang mendesak adanya bagian legislasi tertentu.

No comments:

Post a Comment