Thursday, May 9, 2019

Sejarah Perkembangan Psikologi Kesehatan


A.    Perkembangan Psikologi Kesehatan

Pada awal abad ke-20, pemahaman tentang kesehatan didominasi oleh pandangan dari perspektif biologis medis, dimana kesehatan di definisikan sebagai sebuah keadaan dimana tidak adanya penyakit. Kemudian berkembang pandangan dari biopsikososial yang menekankan peran sosial-budaya dalam membentuk kesehatan atau menimbulkan sebuah penyakit. Sebagaimana definisi kesehatan menurut WHO (World health organization) pada tahun 1948 mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan lengkap dari fisik, mental dan sosial serta kesejahteraan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Defenisi ini  meminta perhatian terhadap kompleksitas dan multidimensionalitas konsep dari kesehatan. Menambahkan kesejahteraan sosial pada definisi itu membuka jalan untuk konseptualisasi individu sebagai makhluk sosial dalam definisi kesehatan bukan hanya dari aspek fisik/biologi/fisiologi semata.
Pergeseran dari definisi ini, juga berimbas pada ilmu psikologi, yang sebelumnya hanya menganalisis penyakit dan gangguan psikologis, menjadi analisis individu untuk mencapai kesejahteraan seperti promosi-promosi kesehatan. Sebelumnya, ilmu psikologi dikenal sebagai psikologi negatif (psikologi orang sakit), dengan definisi ini berubah dan menjadikan psikologis sebagai sarana keilmuan memanusiakan manusia (mencapai kesejahteraan). Kita mengetahui bahwa perkembangan ilmu psikologi dimulai dari teori psikoanalisia, behavioristic, humanistic, dan sekarang sedang berkembangan indigenous psychology yang menekankan pentingnya dan besarnya pengaruh budaya setempat terhadap tingkah laku seseorang.
Perkembangan terbaru dari pendekatan ini memandang kesehatan sebagai sebuah jaringan yang kompleks yang sangat di pengaruhi oleh sosial-budaya. Bisa saja sebuah budaya memandang sebuah perilaku itu adalah penyimpangan, tetapi pada budaya lain, itu adalah hal yang normal.
Memasukkan budaya dan psikologi ke dalam terapan ilmu kesehatan sangat penting. Misalnya, dalam promosi kesehatan, preventif, keratif, rehabilitasi, tidak mungkin mengesampingkan budaya setempat. Bahkan beberapa budaya terdapat berbagai penyakit yang memang khas budaya tersebut, yang hanya bisa dipahami, jika kita memasukkan konsep budaya dalam penangan penyakit tersebut. Misalnya beberapa penyakit yang memiliki kecenderungan mendapat pengaruh budaya seperti Hikokomori (lazim di Jepang) dan anoreksia (lazim dalam masyarakat barat). Memahami alasan yang mendasari hal ini, cara pencegahan dan pengobatan yang efektif untuk penyakit seperti ini akan memerlukan pendekatan budaya.

B.     Definisi
Psikologi kesehatan adalah salah satu bagian dari psikologi klinisi yang dikenal dengan istilah “Medical Psychology”, dan sekarang selalu dikaitkan dengan Behavioral Medicine. Dasar pemikiran Psikologi Kesehtan adalah adanya hubungn antara pikiran manusia (mind) dan tubuhnya. Definisi Behavioral Medicine adalah integrasi dari ilmu perilaku dengan praktik dan ilmu kedokteran ( Miller dalam Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007)
Pada tahun 1980 Joseph Matarazzo (dalam Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007) mendefinisikn psikologi kesehatan sebagai berikut :

“….the aggregate of the specific educational, scientific and professional contributions of the discipline of psychology to the promotion and maintenance of the health, the prevention of illness, the identification of etiologic and diagnostic correlates of health, illness and related dysfunction, and the analysis and improvement of the health care system and health policy formation.”

Psikologi kesehatan adalah penggabungan dari pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kontribusi praktisi untuk promosi dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit, dan mengidentifikasi etiologi dan diagnosis yang berkorelasi terhadap kesehatan, penyakit dan disfungsi.
Definisi psikologi kesehatan ini mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.      Psikologi kesehatan menyangkut bagian khusus dari bidang ilmu psikologi yang memfokuskan pada studi perilaku yang memiliki kaitan dengan kesehatan dan penerapan kesehatan ini.
2.      Penekanan pada perilaku yang normal di dalam mempromosikan kesehatan (promosi kesehatan dan pencegahan dasar) pada level mikro, meso, makro dan menyembuhka penyimpangan kesehatan.
3.      Banyak bidang psikologi yang berbeda dapat memberikan sumbangan kepada bidang psikologi kesehatan.

C.    Peran Psikologi Dalam Bidang Kesehatan
Fokus pekerjaan praktisi psikologi kesehatan saling beriringan dengan bidang ilmu kesehatan yang lain, misalnya saja dengan ilmu kedokteran, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu fisio terapi, juga ilmu keperawatan dan farmasi. Sejauh ini, pendekatan medis dengan dasar biologis memang telah menunjukkan manfaat yang sangat besar dalam dunia kesehatan manusia, misalnya berhasil menaklukkan penyakit endemik (cth: polio, TBC, malaria) atau mengembangkan antibiotik maupun vaksin-vaksin pencegah penyakit. Meskipun demikian, para praktisi kesehatan tidak dapat mengenyampingkan fakta bahwa di luar kecanggihan alat-alat kedokteran maupun perkembangan obat-obatan dan metode penanganan penyakit terbaru, faktor individu atau ke-khas-an dari “person” yang mengalami segala proses yang menyangkut perubahan status kesehatan mereka adalah penentu utama dari efektifnya penerapan metode maupun alat-alat canggih tersebut dalam meningkatkan kesehatan maupun kesejahteraan hidup manusia itu sendiri.
Beberapa faktor yang berhubungan erat dengan kondisi kesehatan antara lain seperti kecenderungan individu untuk memiliki gaya hidup tertentu (lifestyle) maupun memiliki kepribadian tertentu. Praktisi psikologi kesehatan menaruh perhatian pada bagaimana gaya hidup tertentu dapat menjadi faktor risiko (risk factor) kemunculan suatu penyakit. Faktor risiko adalah karakteristik atau kondisi tertentu yang berhubungan dengan kemunculan suatu penyakit, namun belum tentu berperan sebagai penyebab langsung dari kemunculan penyakit tersebut. Meskipun faktor risiko bisa saja merupakan keadaan yang sifatnya genetis maupun biologis, gaya hidup bisa menjadi faktor psikologis (dan sosial) yang juga menjadi salah satu diantaranya.
Selain gaya hidup, penelitian-penelitian dalam psikologi kesehatan juga telah berhasil menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu berhubungan dengan kondisi kesehatan individu. Sebagai contoh, tipe kepribadian yang mencakup kecemasan yang tinggi, depresi, kemarahan dan kekerasan, atau pesimisme umumnya menjadi faktor risiko yang sering dihubungkan dengan penyakit jantung. Emosi-emosi yang muncul saat individu mengalami stres juga dapat menjadi faktor risiko yang berhubungan dengan kondisi kesehatan mereka serta sejauh mana mereka berhasil pulih dari suatu penyakit. Hubungan antara kepribadian individu dan kondisi kesehatannya bukanlah hubungan sebab-akibat satu arah. Kondisi kesehatan individu juga dapat berpengaruh terhadap kepribadiannya, dimana individu yang mengalami penyakit bisa saja mengalami emosi negatif yang jika terus menerus terjadi tanpa penanganan bisa saja mengubah kepribadian individu tersebut, menjadi lebih pesimis atau justru menjadi seseorang yang lebih tangguh. Oleh sebab itu, peran praktisi psikologi kesehatan di sini sangat penting untuk membantu individu melakukan penyesuaian diri terhadap status kesehatannya berdasarkan cara yang paling efektif bila dilihat dari tipe kepribadiannya, misalnya saat membantu penyesuaian diri pasien stroke dan keluarga yang merawatnya.
Hal lain yang juga menjadi fokus para praktisi psikologi kesehatan adalah gejala-gejala penyakit medis yang muncul karena kondisi psikologis seseorang, atau umumnya dikenal dengan istilah ‘psikosomatis’. Kondisi seperti ini bisa dialami oleh siapa saja, seperti saat kita merasa sakit perut yang tidak kunjung selesai walau tidak ditemukan adanya gangguan dalam fungsi pencernaan atau fungsi organ biologis lain. Ternyata setelah diamati lebih lanjut, saat itu kita sedang merasa sangat cemas akan suatu perubahan besar dalam hidup, misalnya seperti pernikahan, baru saja mengalami kehilangan, promosi jabatan dan sebagainya yang tanpa sadari dapat memunculkan gejala penyakit. Apabila sudah menjadi suatu bentuk gangguan, dalam DSM-IV TR (Diagnostic and Statistical Manual) kondisi ini dikelompokkan sebagai gangguan Somatoform.
Salah satu perspektif yang populer dalam psikologi kesehatan adalah biopsikologi, yang mengemukakan bahwa kesehatan atau kesejahteraan fisik individu saling berhubungan erat dengan kesejahteraan mentalnya. Berdasarkan hal tersebut, salah satu pelopor dalam Psikologi Kesehatan, Matarazzo, menggambarkan fungsi Psikologi Kesehatan sebagai kontribusi dari disiplin ilmu psikologi yang didasarkan pada pendekatan ilmiah dan profesional terhadap hal-hal berikut:
1)  Promosi gaya hidup sehat (health promotion), praktisi psikologi kesehatan dapat membantu merancang program promosi maupun edukasi kesehatan yang sesuai bagi masyarakat, baik bagi para siswa maupun orang dewasa. Misalnya seperti kampanye anti rokok, atau kampanye pencegahan HIV Aids dengan menggunakan kondom bekerja sama dengan praktisi kesehatan dari bidang ilmu lain maupun pihak institusi seperti sekolah dan sebagainya. Bahkan praktisi yang bergerak di bidang psikologi kesehatan ini bisa membantu kita untuk menyusun pola hidup sehat yang mencakup diet dan membantu mengubah pola pikir kita soal diet tersebut. Tentunya  bekerja sama dengan praktisi kesehatan lain seperti ahli gizi.
2)   Pencegahan dan perawatan terhadap penyakit, praktisi psikologi kesehatan dapat membantu menyusun program-program pencegahan maupun perawatan terhadap penyakit melalui pendekatan psikologis. Contohnya seperti memperkenalkan metode relaksasi dan pemecahan masalah untuk membantu pasien darah tinggi agar tidak terlalu tegang dalam menghadapi stres sehari-hari, membantu proses penyesuaian dan rehabilitasi bagi pasien stroke seperti menentukan kegiatan yang dapat dilakukan, bagaimana mengatur pola makan, membantu pasien dan keluarga untuk menyalurkan emosi negatif mereka, dan sebagainya
3) Identifikasi penyebab kemunculan penyakit dan diagnosis kondisi kesehatan individu/disfungsi lain, praktisi psikologi kesehatan dapat membantu praktisi kesehatan lain untuk menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemunculan suatu penyakit dari sisi psikologis, seperti kepribadian pasien, gaya hidup, dan sebagainya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Praktisi psikologi kesehatan juga dapat membantu sejauh mana individu sesuai dengan metode perawatan tertentu.
4)  Analisis dan peningkatan terhadap sistem perawatan kesehatan dan penyusunan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan industri kesehatan (health-policy), praktisi psikologi kesehatan dapat membantu untuk menganalisis sejauh mana fasilitas perawatan kesehatan yang ada, seperti rumah sakit, puskesmas, anggota praktisi kesehatan, biaya perawatan, maupun sistem perawatan kesehatan yang ada dapat berfungsi secara optimal bagi proses perawatan kesehatan masyarakat. Dalam hal ini, praktisi psikologi kesehatan membantu memberikan rekomendasi bagi pembuat kebijakan, memberikan pelatihan-pelatihan terkait kondisi psikologis individu terhadap praktisi kesehatan maupun kader puskesmas, dan sebagainya.

D.    Penerapan Psikologi Sosial pada Tingkah Laku yang Terkait dengan Kesehatan
Menanggapi informasi-informasi yang terkait dengan kesehatan
·         Memahami dan mengevaluasi informasi tentang kesehatan
Jika berita-berita utama di media adalah sumber pengetahuan kita, maka kita akan terus menerus hidup dalam ketakutan terhadap beberapa penyakit, namun secara teratur kita juga menerima berita-berita positif yang mengindikasikan bahwa ilmu kesehatan hampir berhasil dalam mencegah atau menyembuhkan penyakit tersebut.
Sejumlah wacana diatur agar memenuhi dua fungsi sekaligus, yaitu memberikan informasi tentang sebuah wabah baru dan juga memberikan informasi tentang bagaimana kita harus menghadapinya (Fischman, 2001). Kemajuan medis juga tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa kini orang-orang memperoleh informasi secara lebih baik, mendapatkan diagnosis dokter secara lebih cepat, dan mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka.
·         Menolak Versus Menerima Informasi Tentang Kesehatan
Dalam merespons serangan informasi tentang kesehatan yang bertubi-tubi dari tv, Koran-koran, majalah, internet, dan petugas medis, orang-orang cenderung hanya menerima sebagian saja. Kalaupun mereka menerima informasi-informasi secara sepenuhnya, bukan berarti tingkah laku mereka juga berubah sejalan dengan informasi yang mereka terima.

No comments:

Post a Comment